Dewa sudah berada di dalam kamar kos bersama Saqila, malam ini baru pukul delapan. Dewa sudah bersiap-siap menjadi seorang harimau untuk menerkam mangsanya.
"Sayang?" Dewa mengelus perut Saqila yang membelakangi dirinya.
Ternyata dia sudah terlelap, Dewa tidak hilang akal. Dia mencoba bangkit untuk mematikan lampu.
Memang, hal lumrah bagi seorang suami istri adalah melakukan hubungan pada malam pertama. Jika, tidak ada halangan dari seorang istri.
Selepas mematikan lampu, otomatis Saqila kaget. Ya, walau sudah terlelap dia tidak suka dengan lampu yang mati. Ini Dewa ketahui dari cerita Saqila sore tadi.
"Ngapain dimatikan? Kamu tahu, bukan? Aku tidak bisa tidur tanpa lampu?" Saqila masih mencoba berdiri lampu yang gelap.
Dewa tidak berbicara, langsung datang mendekati istrinya---memeluk dari belakang. Saqila kembali dibuat kaget. Entah, kapan dia melepaskannya. Karena Dewa sudah tidak mengenakan apa-apa.
"Mas! kamu! Ih!" Saqila merasa geli sendiri.
Dewa menuntun istri yang sedang hamil anaknya itu untuk berbaring lagi di kasur. Ketika sudah berhasil merebahkan Saqila. Gawai yang ada di atas meja berbunyi.
Dewa bangkit lagi, menuju ke gawainya. Takut ada sesuatu yang sangat penting, entah dari siapa malam-malam ini masih ada yang menghubungi.
Adit mengirimkan sebuah video.
Dewa masih berdiri tanpa pakaian, membuka video itu. Alangkah terkejutnya dia melihat isi dari video. Dalam video itu, walau seorang laki-laki membelakangi dan menutupi tubuh Saqila. Dia yakin itu memang istrinya.
Bentuk tubuhnya benar-benar mirip dengan Saqila, Dewa berlari menyalakan lampu dan berpakaian kembali.
"Kenapa tidak jadi? Aku sudah siap ini!" Tanya Saqila sedikit berteriak.
Dewa masih fokus dengan gawainya, gelembung pesan muncul lagi. Nama Adit di sana.
Adit: Itu Saqila, dia berciuman dengan laki-laki lain.
Dewa duduk di dekat Saqila yang masih tiduran di kasur. Dia melempar gawai di sebelah Saqila---video itu masih terputar berulang kali.
Saqila gelapan, ternyata kemarin ada seseorang yang merekam aksi bejatnya di mall. Padahal, menurut Saqila. Itu adalah sudut terpencil yang tidak mungkin dilalui orang. Dan, itu adalah Adit. Teman Dewa dan Nada dulu.
"Apa ini Mas?" Saqila pura-pura polos.
"Jangan sok nggak ngerti ya!" Dewa membentak dengan keras.
Raut kemarahan tidak terhindarkan dari diri Dewa. Terlebih lagi, ini adalah malam pertamanya menjadi suami Saqila---sudah terbongkar kebusukan istrinya itu.
Dewa malah berterima kasih kepada Adit. Telah memberikan informasi yang lumayan penting ini.
Saqila memeluk Dewa yang masih duduk dekat dirinya. Suaminya itu hanya diam, hening. Saqila mulai mengelus perut Dewa, tetapi laki-laki itu tidak ada reaksi.
"Kamu lebih percaya dengan dia? Adit?" Tanya Saqila, masih terus mengusap.
"Gimana mau gak percaya? Itu sudah jelas Saqila?!"
"Iya, aku salah. Maafkan aku."
"Ternyata kamu ular Saqila, tidak menyangka aku."
Dewa memang sangat tidak menyangka, bahwa orang yang dia bilang cantik. Ternyata licin seperti belut---susah dipegang omongan dan tingkahnya.
"Aku minta maaf, Mas."
"Untuk apa, adegan itu kamu lakukan kapan?" Tanya Dewa masih melotot ke Saqila.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Sacred Marriage [Dewasa]
General FictionVOTE DULU SETELAH BACA! FOLLOW JUGA! Judul sebelumnya: Pendengar Baru Itu Ternyata Simpanan Suamiku Fernada Rima Ariani terkejut ketika nama suaminya disebut oleh pendengar baru di radio tempatnya bekerja. Walau dia hanya menyebutkan nama; Sadewa. T...