Bab 29 - Dewa Kangen Nada

2.5K 93 5
                                    

"Sudah ya, jangan minta nambah," Dewa setelah mengeluarkan 'air' untuk kedua kalinya. Kemudian berangsur ke sebelah Saqila.

Mereka melakukan di rumah Saqila, Blok Flamingo. Ketika dia ke sini, berboncengan menggunakan motor Dewa. Ternyata masih banyak mata yang melihat. Terlebih, ibu-ibu depan rumah Saqila yang sangat kepo---orang yang sama ketika Nada belanja ke tukang sayur dulu.

Rumahnya di Blok Panda---sudah laku sejak satu bulan lalu. Seluruh uangnya diberikan kepada Gyo. Padahal, dulu Dewa dan kedua orangtua Gyo sudah menyuruhnya untuk menempati rumah ini. Tetapi yang bersangkutan tidak mau.

Hubungan Dewa dengan kedua orangtua Nada dan Gyo sudah mulai membaik. Tidak ada kaku diantara mereka saat bertemu. Cobaan memang tidak diduga, mungkin sudah menerima kepergian Nada. Lebih lagi, sudah seratus harinya.

Mendadak rasa rindu itu muncul dalam hati Dewa, dia merindukan Nada. Saat peringatan seratus hari Nada---Dewa tidak mengunjungi makam.

Saqila, masih memeluk Dewa di ranjang---sama-sama masih polos. Tatapan Dewa ke atas. Menuju langit-langit kamar Saqila---sambil merasakan Saqila mulai memainkan putingnya.

"Mau ikut?" Dewa seketika bertanya sambil mengelus rambut Saqila.

"Ke mana?"

"Aku mau ke makam Nada."

Saqila diam, tetapi masih memilin-milin puting kiri Dewa. Tidak ada respon, lihatlah! Sadewa malah menikmatinya. Dalam pikiran Saqila, dia berperang dengan egonya.

Nada adalah mantan istri Dewa, laki-laki yang bisa merebut hatinya pada pandangan pertama. Saqila cemburu karena calon suami ini masih mengingat seseorang di masa lalu. Walau sudah terpendam oleh tanah.

Sisi lain, Nada telah tiada. Tidak ada gunanya Saqila masih cemburu kepada tanah yang sudah tidak bergerak.

"Hei, malah ngelamun. Mau ikut gak? Ah! Jangan dicubit dong," Dewa menyisihkan tangan Saqila.

"Boleh, aku pakai baju dulu." Saqila bangkit dengan perutnya yang besar. Masih polos.

Dewa hanya memandang punggung Saqila yang kecil, dia tidak menyangka. Sebentar lagi akan menjadi ayah dari anak hasil hubungan gelapnya dengan Saqila.

Padahal, Saqila sudah bisa mengambil hatinya juga. Tetapi sedikit masih ada rasa takut kalau Nada mengetahui hubungan dengan Saqila yang semakin dekat---di atas sana.

"Kamu berpakaian juga sana, Mas. Masa mau ke sana telanjang bulat gini?" Saqila yang selesai berpakaian datang menghampiri Dewa.

"Biarkan, supaya banyak yang melihat tubuh maskulinku." Dewa menjulurkan lidah.

"Ye, ayo, cepat. Bentar lagi aku mau nutup toko," Saqila meremas barang milik Dewa.

"Ah, nanti bangun lagi bagaimana?" Respon Dewa sambil sedikit merayu.

"Biarin."

Kemudian Dewa bangkit dan masih memakai pakaian yang lama. Jam menunjukan pukul tiga sore, masih banyak waktu untuk mengantar Saqila ke mall. Setelah selesai, mereka berdua menggunakan motornya menuju kuburan tempat Nada dikebumikan.

---

"Assalamualaikum, Nada," Dewa dan Saqila sudah sampai depan batu nisan Nada. Dengan membawa bunga dan air mawar yang dibeli di jalan.

Makam itu benar-benar bersih, tidak ada rumput liar yang menempel di sana. Mungkin Gyo atau Ibu Nada sering mengunjungi makam anak sulungnya.

Saqila mulai menaburkan mawar sampai ujung kaki Nada. Dewa hanya memegang batu nisan bagian kepala, mengelusnya. Dan, dalam hati dia sudah mulai berbicara.

After the Sacred Marriage [Dewasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang