Sebelum azan subuh---Nada sudah terbangun dari tidurnya yang sebentar. Karena lagi-lagi malamnya diganggu oleh Dewa yang selalu minta itu.
Padahal, kemarin dia benar-benar letih. Selepas pulang siaran---Nada tidak langsung tidur. Dia mengumpulkan pakaian kotor miliknya dan Dewa. Untuk dia cuci walau malam-malam.
Dan, dia bisa tidur ketika Dewa baru selesai melancarkan aksinya pada pukul satu pagi. Sekarang---pukul tiga pagi dia bangun untuk mandi wajib dan salat tahajud.
"Mandi dulu, baru salat tahajud sama subuh." Batin Nada ketika memasuki kamar mandi.
Entah kenapa Dewa belakangan ini selalu meminta "itu" kepada Nada, bahkan bisa dibilang setiap hari.
Atau mungkin ini caranya supaya istrinya cepat hamil? Padahal setiap melakukan hubungan suami istri, pasti Nada mendapatkan tamu.
Lagi-lagi Nada harus bersabar, entah kapan dia diberi karunia buah hati oleh-Nya. Nada hanya bisa pasrah, berusaha dan berdoa.
Nada buru-buru mandi, dan selepas badannya kering dia mengenakan daster dan dilapisi oleh mukena.
Dia berserah diri pada sepertiga malam, memohon ampunan serta petunjuk dari Tuhan pemilik semesta alam.
---
Selepas salat tahajud---azan subuh telah berkumandang. Nada bangkit mengambil sajadah yang tergeletak. Dia sudah lama, tidak salat di masjid komplek perumahannya ini.
Dia keluar dari kamar dan berjalan menuju masjid seorang diri, Dewa katanya mau salat di rumah saja. Karena dia belum mandi.
Ketika di jalan dia bertemu dengan tetangga-tetangga lain yang hendak menuju ke masjid juga.
Jarak ke masjid dari rumah lumayan dekat hanya tinggal lurus dan berbelok sebanyak dua kali ke arah kiri.
"Mari Bu," Nada menyapa seorang wanita yang berjalan sendiri di depannya.
Wanita itu sangat bersemangat. Ya. Kewajiban seorang muslim adalah salat, meski usia sudah tua. Kewajiban itu tidak mungkin gugur.
Hingga sampai di masjid, Nada langsung menggelar sajadahnya. Ada sekitar lima orang di jamaah wanita. Sepi sekali, mungkin kebanyakan orang memilih beribadah di rumah.
---
Nada sudah berjalan kembali ke arah rumah, dia masih bersama ibu itu. Diperjalanan mereka banyak mengobrol satu sama lain.
Mengenai berapa lama dia tinggal di sini? Asal mana? Atau lain-lainnya. Nada mengetahui nama wanita itu; Ibu Dirma.
Dia tinggal bersama anak semata wayangnya---yang bekerja sebagai seorang pegawai pabrik di Pasuruan.
Anaknya itu berusia duapuluh tujuh tahun---belum menikah. Karena dia belum siap, kata Dirma.
"Saya masuk dulu." Ibu Dirma yang berusia sekitar limapuluh tahun itu tersenyum dan mengulurkan tangan ke Nada.
Dia mencium punggung tangan wanita itu. Nada mengangguk, dia diajak mampir. Dengan halus dia tolak---tidak bagus juga bertamu sepagi ini.
Beruntungnya mempunyai tetangga yang baik hati---letak rumah mereka juga dekat. Hanya berjarak sekitar tujuh rumah.
Nada memasuki gerbang rumahnya. Dan, masuk ke ruang tamu. Hari ini hari minggu, tetapi Nada harus tetapi siaran lagi. Karena selama dua minggu dia tidak mendapatkan libur.
Setelah melepas mukenanya dia kembali ke dapur untuk memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Sacred Marriage [Dewasa]
Ficção GeralVOTE DULU SETELAH BACA! FOLLOW JUGA! Judul sebelumnya: Pendengar Baru Itu Ternyata Simpanan Suamiku Fernada Rima Ariani terkejut ketika nama suaminya disebut oleh pendengar baru di radio tempatnya bekerja. Walau dia hanya menyebutkan nama; Sadewa. T...