Gyo: Selepas kerja, Mas Dewa disuruh ke rumah Ibu sama Ayah.
Pesan itu dibaca ulang oleh Dewa, ketika baru saja sampai ke rumah mantan mertuanya ini. Dia melihat ke arah depan, ada seseorang yang sedang berdiri di teras rumah. Yuli, istri Adit.
Semakin ke sini, hubungan Yuli dan Adit sangat erat dengan keluarga Nada. Karena memang kedua orangtua Nada dan Gyo sudah mengenal Adit sejak masih SMA dulu.
Dewa turun dari motornya, dan berjalan masuk ke rumah. Melewati Yuli yang sedang berbicara dengan seseorang lewat panggilan suara.
Sudah ada Gyo, Adit dan kedua orangtua Nada. Dewa mencium punggung tangan kedua mantan mertuanya itu. Karena memang dia dan Nada cerai mati.
Orangtua Nada memang sengaja memendam persoalan ini, walau sudah lama tahu dari Gyo. Dia tidak ingin fokusnya untuk mengaji selama tujuh hari---pecah gara-gara perselingkuhan Dewa yang sudah naik ini.
"Duduk, Wa," Ayah Nada menatap dengan tegas Dewa---tanpa memberikan senyum. Ibu Nada bangkit dan pergi menuju dapur.
Tinggal Adit dan Gyo yang sedang asik bermain gawai miliknya. Dewa duduk di samping Adit yang hanya menunduk.
"Saya tidak menyangka," Ayah Nada membuka percakapan. Memperhatikan Dewa.
Dewa mengetahui arah dari pembicaraan ini. Dia tidak bisa berbicara, lidahnya kaku. Memang seperti bukan seorang Dewa yang biasanya pandai berbicara untuk meyakinkan seseorang.
"Teganya kamu menghianati anak saya, laki-laki macam apa kamu? Rela membagi satu hati untuk dua orang," lanjut Ayah Nada.
"Sa-saya minta maaf, Pak. Saya salah," jawab Dewa dengan takut menatap Ayah Nada.
Adit hanya menunduk, dia tidak mau ikut campur pembicaraan ini. Belum saatnya dia masuk, Adit membiarkan supaya Ayah Nada meluapkan emosinya dulu.
Dalam pembicaraan yang terus bergulir, Adit hanya bisa berkata dalam hatinya. Yuli baru saja masuk---berjalan ke dapur. Menyusul Ibu Nada.
"Nada itu sangat cinta sama kamu, Dewa," Ibu Nada datang membawa satu gelas kopi. Yuli merangkulnya sambil berjalan.
Mata Ibu Nada masih sangat sembab, mungkin setiap malam selalu meneteskan air mata. Begitu pula dengan Gyo yang kantung matanya juga sangat tebal. Dia jarang tidur karena masih belum bisa menerima kepergian kakaknya.
Pihak yang berwajib juga sudah ke rumah Nada, tadi pagi. Memberikan uang duka cita bagi hak waris atau keluarga inti Nada. Dalam hal ini, Ibu Nada yang menerima.
"Kalau bukan dari Adit dan surat yang dikirimkan Gyo. Mungkin Ayah sama Ibu tidak mengerti akan kebusukanmu selamanya, apalagi Nada sudah meninggal. Setelah dia siaran terakhir bersama Adit.
Dan, mengetahui fotomu dengan perempuan. Nada juga tidak pernah cerita sama Ibu soal tanda merah di lehermu dulu, yang merupakan akar permasalahan sampai sekarang." Ibu Nada berbicara di samping Ayah Nada.
Ayah Nada hanya menatap tajam ke Dewa---mantan menantunya itu.
"Satu lagi, anak saya tidak mandul. Kamu ini tidak waras atau bagaimana? Tidak pernah menyentuhnya tetapi menandai Nada perempuan mandul," Ayah Nada berbicara lagi.
Dewa hanya diam. Tetap bungkam.
---
Saqila tengah berada di toko, dia dipanggil oleh para pegawainya ketika hendak pulang. Karena ada satu masalah besar yang mereka lihat dan baru meledak.
"Ada apa?" Saqila bertanya ketika baru saja meletakan tas di atas meja.
"Coba Mbak Saqi lihat," kata salah satu karyawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Sacred Marriage [Dewasa]
Ficción GeneralVOTE DULU SETELAH BACA! FOLLOW JUGA! Judul sebelumnya: Pendengar Baru Itu Ternyata Simpanan Suamiku Fernada Rima Ariani terkejut ketika nama suaminya disebut oleh pendengar baru di radio tempatnya bekerja. Walau dia hanya menyebutkan nama; Sadewa. T...