Hidup itu memang penuh kejutan, entah itu baik atau buruk.
Adit Zuk
Genap satu bulan Nada menjadi seorang penyiar radio di Bintang Bersinar FM. Dia resmi menjadi penyiar dengan keluwesan berbicara yang bertambah.
Tawaran menjadi seorang pembawa acara di dalam segala event sudah mulai berdatangan lagi. Setelah sekian lama tidak ada yang melirik Nada.
Seperti sekarang, setelah selesai siaran pagi. Nada langsung pergi ke sebuah cafe tempat acara digelar.
Nada sedang berdiri di depan hamparan cafe yang bernuansa alam. Menunggu detik-detik acara lamaran salah satu pasangan muda.
Kebaya berwarna merah muda, kini sudah melekat di tubuh Nada. Seragam dengan keluarga besar dari calon mempelai perempuan. Dia menjadi master ceremony seorang diri, rundown acara sudah dia pegang sekarang.
"Mbak Nada. Acaranya sebentar lagi mulai," salah satu tim dari wedding organizer menghampiri Nada yang sedang menatap hamparan sawah di depannya.
Dia sangat rindu suasana kampung kelahirannya, sudah satu bulan dia tidak bermain ke sana. Nada juga sangat rindu dengan Gyo dan ibu serta ayahnya.
Satu bulan juga, Nada dan Dewa masih jarang bicara. Jika tidak penting baik kubu Nada dan Dewa hanya diam saja.
Dewa juga begitu, dia masih takut diwawancarai oleh Nada dengan pertanyaan yang sama 'soal tanda merah di leher' walau sekarang sudah sempurna hilang.
Nada menatap perempuan yang memanggilnya tadi, kemudian mengangguk berjalan menuju belakang panggung. Tempatnya keluar nanti.
"Ya Allah, lancarkan sampai selesai," Nada berdoa dalam hati---sudah menjadi rutinitas dia sebelum melakukan aktifitas.
Ketika jam menunjukan pukul satu siang, Nada berjalan dan menaiki ke atas panggung kecil tempat lamaran.
---
Pada waktu yang sama...
Adit bersama istrinya, Yulia. Memasuki pintu utama Bahagia Mall dengan senyuman lebar. Dia sudah lama tidak main ke tempat ini, hari ini jadwal Adit libur.
Dia memutuskan untuk menonton film terbaru adaptasi dari buku Pramoedya Ananta Toer yakni Bumi Manusia, disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Banyak teman-teman yang merekomendasikan untuk menonton film ini.
Karena durasi yang lama, yakni tiga jam. Juga alur cerita menarik dengan para pemain mumpuni di setiap karakter yang mereka mainkan.
Dia dan istri berjalan menaiki eskalator pertama dan langsung menuju lantai empat, karena letak bioskop ada di sana. Melewati food court, tetapi Adit memutuskan untuk menonton dahulu.
Ketika sampai di atas, dia dikagetkan dengan antrean yang cukup panjang. Karena tiga film yang bagus tayang secara bersamaan, jadinya seperti ini.
Yuli, masuk ke dalam barisan. Sedangkan Adit berjalan mencari bangku kosong. Dia tidak mungkin ikut berbaris juga dengan Yuli.
"Banyak juga, film-film yang bagus. Sedang tayang," Adit bergumam sendiri sambil melihat poster-poster film yang sedang dan akan tayang di bioskop ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Sacred Marriage [Dewasa]
Художественная прозаVOTE DULU SETELAH BACA! FOLLOW JUGA! Judul sebelumnya: Pendengar Baru Itu Ternyata Simpanan Suamiku Fernada Rima Ariani terkejut ketika nama suaminya disebut oleh pendengar baru di radio tempatnya bekerja. Walau dia hanya menyebutkan nama; Sadewa. T...