Chapter 5: Greensleeves

913 136 5
                                    

Untuk pertama kalinya Renjun melihat dengan jelas sosok di gang gelap, dan ia memang seorang pria yang sangat menarik. Meskipun sikapnya begitu dingin dan menyebalkan, hal tersebut justru membuat Renjun semakin ingin mengenal Donghyuck.

"Aku minta maaf atas perlakuan Donghyuck." Di tengah-tengah perjalanan Jaemin bersuara.

"Tidak perlu." Sahut Renjun. "Entah mengapa aku bisa memakluminya."

"Ia berubah. Dulu ia tidak seperti ini, benar-benar berbeda. Donghyuck yang kukenal dulu adalah sahabat yang sangat nakal, jahil dan juga suka tertawa. Sekarang aku seperti tidak mengenalnya lagi." Terdengar nada sedih di dalam suaranya, ia tersenyum miris.

"Pasti ia mengalami hal yang sangat buruk."

"Sangat buruk."

Setelah itu tak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya, mereka membisu hingga akhirnya sampai di ujung terowongan yang berukuran kecil dan beratap rendah ini. Jaemin mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka sebuah pintu kayu yang berada di atap terowongan. Ketika pintu itu terbuka, mereka mendengar langkah kaki menghampiri pintu di atas mereka.

"Oraboni?" Seorang wanita cantik tak lama muncul, wajahnya cemas dan suaranya panik. "Oraboni baik-baik saja?"

"Bantu kami naik." Sahut Jaemin.

"Aku baik-baik saja, Rahee." Renjun tersenyum pada adiknya, berusaha menenangkan wanita berambut panjang itu.

Rahee tak percaya, namun ia segera pergi mengambil sebuah tangga kayu dan menurunkannya ke dalam terowongan.

"Hati-hati." 

Jaemin mempersilakan Renjun untuk naik terlebih dahulu, ia membantunya dari bawah sementara Rahee dari atas. Butuh waktu cukup lama membantu Renjun untuk naik karena tangan kanannya terluka begitu juga dengan kakinya, namun akhirnya ia sampai di atas dengan selamat dan tanpa menimbulkan luka lain. Tidak lama kemudian Jaemin menyusul Renjun dan disambut oleh senyuman Rahee.

"Terima kasih, oraboni."

"Sudah kewajibanku untuk membantunya pulang."

Rahee masih mempertahankan senyumannya, namun ketika mengarahkan pandangannya pada Renjun, senyumannya hilang.

"Oraboni, aku sangat cemas hingga rasanya dadaku sangat sesak karena mendengar kau terluka. Semalaman aku terjaga karena memikirkan dirimu." Ucap Rahee. "Kumohon berhati-hatilah."

"Maafkan aku. Aku akan berhati-hati." Dengan tangan kirinya ia menarik Rahee ke dalam pelukannya. "Maafkan aku."

Rahee membalas pelukan kakaknya dengan erat, ia menyembunyikan wajahnya di leher Renjun. Melepaskan semua rasa cemas dan rasa takut yang menderanya semalaman. Sementara Renjun dan Jaemin saling bertatapan, mereka berdua tersenyum karena bagi mereka Rahee masih seperti gadis kecil yang mereka tahu. 

"Aku harus segera kembali." Jaemin memecah keheningan, ia langsung mendapat perhatian Rahee kembali. Wanita itu melepaskan diri dari pelukan kakaknya.

"Aku sudah membuat sarapan, oraboni bisa bergabung dengan kami."

"Tidak perlu. Jeno akan merindukan diriku bila pergi terlalu lama, lagipula aku sudah minum kopi." Sahut Jaemin, ia tersenyum manis hingga membuat kedua pipi Rahee bersemu merah.

"Baiklah, hati-hati. Sampaikan salamku untuk Jeno oraboni."

Jaemin hanya menganggukkan kepalanya lalu turun menuju terowongan, sebelum ia melangkah pergi, sebuah senyuman ia berikan lagi untuk Rahee. Pria itu sudah melangkah pergi, namun Rahee masih menatap pintu terowongan seolah berharap Jaemin akan kembali dengan senyuman manisnya.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang