Chapter 15: Writing our stories

541 115 3
                                    

Donghyuck tidak berbohong ketika ia mengatakan tempat yang mereka tuju cukup jauh, dan selama perjalanan Renjun berusaha untuk terlihat baik-baik saja karena ternyata kedua kakinya masih tidak dapat diajak bekerjasama. Renjun melangkah dengan berhati-hati dan sedikit lambat dari Donghyuck hingga ia tertinggal di belakang Donghyuck, dan setiap Donghyuck bertanya maka Renjun akan menjawab, "Pemandangan di tempat ini sangat indah, jadi aku harus berjalan dengan perlahan-lahan agar semua pemandangan tersebut terserap ke dalam otakku."

"Pepohonan ini?" Donghyuck tertawa pelan, ia menatap Renjun geli. "Kau yakin?"

"Yakin sekali."

"Maksudku....tidak ada pemandangan lain kecuali pepohonan rimbun di hutan ini." Donghyuck berhasil membuat raut wajah Renjun berubah kesal.

"Lanjutkan saja langkahmu!"

Donghyuck sudah tidak tertawa, namun senyuman jahil tertinggal di wajah tampannya. "Sebentar lagi kita akan sampai di tempat tersebut, jadi tidak masalah bila aku harus menggendongmu."

"Tidak perlu. Lagipula kakiku sudah tidak sakit." Renjun makin kesal. "Kumohon berhenti menggodaku!" Batinnya menggerutu seraya berjalan agak cepat, ia berhasil mendahului Donghyuck yang saat ini tidak juga menghapus senyum jahilnya. Pria bermarga Lee itu segera menyusul Renjun di depan sana, menyamakan langkah kaki mereka lalu menautkan jari jemarinya dengan milik Renjun.

"Maafkan aku." Donghyuck tersenyum manis seraya menatap wajah Renjun dari samping, "Sudah lama aku tidak menjahili orang lain." Ucapannya berhasil membuat Renjun mendengus kasar.

"Terima kasih karena telah menjadikanmu target pertama setelah masa pensiun panjangmu." Sahut Renjun sebal, namun tidak lama ia juga tersenyum lalu menatap balik Donghyuck. "Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku, jujur aku bahagia melihatmu kembali seperti sedia kala."

"Pasti Jaemin dan Jeno banyak menceritakan mengenai diriku padamu."

"Betul, banyak sekali..." Renjun kembali menatap ke depan. "Rasanya tidak adil, aku hampir mengetahui segala hal tentang dirimu namun kau...mungkin tidak mengetahui apapun tentangku."

"Tidak masalah." Senyum milik Donghyuck benar-benar menghangatkan hati Renjun. "Aku yakin suatu saat nanti aku mengetahui segala hal mengenai dirimu."

"Mungkin ini saatnya kau tahu mengenai diriku."

Detak jantung Donghyuck bertalu cepat, ia tidak menyangka Renjun akan mempercayainya secepat itu, "Kau juga melakukan hal yang sama." Ucap Renjun seakan dapat membaca apa yang tengah Donghyuck pikirkan. "Mengenai Ibumu....aku paham rasanya sangat sulit untuk membicarakan hal tersebut pada orang lain yang baru saja kau temui, namun kau tetap melakukannya. Jadi, aku juga akan menceritakan semua lukaku padamu."

Keduanya belum sampai ke tempat yang Donghyuck ingin tunjukkan padanya, namun karena Renjun ingin menceritakan semuanya padanya maka ia memutuskan untuk mengajak Renjun untuk duduk di dekat sebuah pohon besar nan rindang.

"Kau tahu Burung Hitam?"

"Tahu." Semua orang di Joseon pasti tahu. "Kedua orang tuamu adalah anggota Burung Hitam, aku juga sudah mengetahui hal tersebut."

"Bukan hanya orang tuaku." Renjun menyeringai tipis ketika melihat tatapan bingung Donghyuck. "Aku, Rahee, Jaemin dan Jeno juga termasuk Burung Hitam. Di sanalah aku mulai berteman baik dengan mereka berdua."

Donghyuck terkejut, "Saat itu kalian masih begitu muda."

"Tidak ada pilihan lain. Kami semua membenci Jepang, Donghyuck." Sahut Renjun seraya tersenyum getir. "Saat itu hampir semua anggota ditangkap, teman-temanku dan para paman yang kukenal dengan baik, kedua orang tuaku......mereka akhirnya tewas. Beruntung Jeno dan Jaemin dapat terbebas dari segala tuduhan, aku bersyukur dengan hal tersebut."

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang