Chapter 19: Side by side

562 91 6
                                    


Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Renjun sudah tidak melihat keberadaan Donghyuck di sisinya dan meskipun bukan sekali ia tinggalkan oleh Donghyuck, ia tetap merasa kecewa ketika melihat sisi ranjangnya kosong dan dingin.

"Oraboni." Rahee masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi, tangan kirinya tampak membawa sebuah surat kabar sementara tangan kanannya membawa handuk basah, sepertinya ia baru saja selesai mandi. "Semalam kau memintanya bukan?" Ia meletakkan surat kabar tersebut di atas nakas.

"Terima kasih, Rahee."

Rahee tersenyum pada kakaknya, "Aku akan segera menyiapkan sarapan, lebih baik oraboni mandi."

"Iya." Jawabnya lalu bangkit dari ranjangnya, ia mengambil handuk yang terlampir di kursinya kemudian masuk ke dalam kamar mandi, sementara Rahee segera turun untuk menyiapkan sarapan dan mempersiapkan mentalnya untuk menunggu kedatangan prajurit Jepang, seperti biasanya.

Tidak lama kemudian Renjun keluar dari kamar mandinya, memakai pakaiannya yang bersih lalu duduk di kursinya dengan membawa koran yang diberikan oleh Rahee. Renjun membuka halaman demi halaman, mencari keberadaan karya milik kekasihnya dan selang beberapa detik ia menemukannya. Rona merah menjalar di kedua pipi Renjun, bersamaan dengan netranya yang membaca kata demi kata dari tulisan Donghyuck.

Hatinya terasa hangat.


"Begitu cantik, begitu bebas....

Ia menari dengan indah, hembusan angin membuat dirinya seakan melayang......


Oh sayangku, tidak ada yang menandingi kecantikanmu

bahkan berduri pun enggan menatapmu karena malu"


Begitu singkat, namun pujian tersebut mampu membuat Renjun tersentuh. Selama ini ia tidak pernah memandang dirinya begitu spesial, juga ia tidak pernah mendapatkan pujian yang sangat manis dari seseorang sehingga apa yang Donghyuck berikan untuknya benar-benar berharga bagi Renjun, ia tidak akan pernah melupakan setiap kata yang netranya baca. Berulang kali Renjun membacanya, semakin bertambah rasa rindunya pada Donghyuck.

Selama beberapa waktu ia harus menahan rindunya pada Donghyuck, ia harus terlihat biasa saja di hadapan para tentara Jepang yang datang untuk menggeledah rumahnya. Ketika mereka datang, Renjun tidak banyak bicara seperti biasanya, hanya bersuara ketika para cecunguk itu bertanya dengan pertanyaan yang sama. Mereka kembali dengan tangan kosong seperti hari-hari sebelumnya, meninggalkan kediaman Renjun dan Rahee dengan hati kesal, sementara Renjun melepas kepergian mereka dengan hati gembira, tidak sabar menyambut kedatangan kekasih yang ia cintai. 

Renjun menunggu Donghyuck di kamarnya, ia berniat untuk membawa buku sketsa pemberian Jaemin juga beberapa perlengkapan lain, ia menyimpan semua barang-barang itu di tas kulit coklat milik mendiang ayahnya. Suara langkah kaki terdengar mendekati kamarnya, senyum langsung terpatri di wajah cantiknya dan senyum itu semakin terlihat manis tatkala sosok yang ia tunggu sejak tadi telah datang.

"Donghyuck." Kekasihnya datang, tampan seperti biasanya.

"Selamat pagi, Renjun." Pria itu berdiri di ambang pintu kamar Renjun, membalas senyum manis kekasihnya. "Sudah membacanya?" Ia terlihat malu. 

Renjun tidak langsung menjawab pertanyaan Donghyuck, ia menatapnya dengan jahil seraya menghampiri Donghyuck. Pandangan mereka tidak terputus sampai akhirnya Renjun memeluk Donghyuck, dan tidak membutuhkan waktu lama bagi Donghyuck untuk membalas pelukan kekasihnya. Ia mendekapnya dengan erat, senyum manisnya masih setia menghiasi wajah tampannya.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang