Chapter 8: Secret

812 115 10
                                    


Renjun tidak dapat berbohong bahwa ia kecewa ketika tidak melihat Donghyuck di sisinya, pria itu sudah pergi bersama Jeno satu jam yang lalu, saat ia masih bergelung dalam selimutnya yang tebal di atas tempat tidurnya. Ingin rasanya ia bertanya pada Jaemin tentang penampilannya sekarang, apakah ia terlihat jelek atau adakah bekas air liur di sudut bibirnya.

Menyebalkan.

"Mengapa kau terlihat kesal?" Jaemin menarik sebuah kursi, ia duduk di samping Renjun yang masih berbaring di atas tempat tidur. "Bangun, aku harus mengganti perban di lenganmu."

Pria mungil itu dengan enggan mengubah posisi nyamannya menjadi setengah duduk, ia menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Renjun menutup bibirnya rapat sementara jari-jari lentiknya membuka kancing baju tidurnya satu demi satu, ia melepas baju tidur tersebut dari tubuh kecilnya dan sekarang ia bertelanjang dada.

"Suasana hatimu sedang jelek ya?" Gumam Jaemin, ia tertawa pelan kemudian mulai melepas perban di lengan Renjun dengan hati-hati. Jaemin bekerja dalam diam dan cepat, ia baru bersuara kembali setelah selesai mengganti perban Renjun. "Lukamu masih belum kering, jangan terlalu banyak digerakkan."

"Berapa lama lagi?" Tanya Renjun. "Aku bosan bila harus diam di rumah. Apa Jeno benar-benar tidak ingin kutemani?" Ia mendengus ketika mendapat gelengan tegas dari Jaemin, ia langsung membuang pandangannya ke arah lain, kesal.

"Serahkan saja pada Jeno, kau jangan meragukan kemampuannya. Lagipula Donghyuck akan menemaninya nanti."

Mendengar nama Donghyuck sontak membuat Renjun mengalihkan tatapannya pada Jaemin, sementara Jaemin menyipitkan matanya karena melihat reaksi Renjun. Sejujurnya Jaemin sudah merasakan bahwa ada sesuatu di antara kedua sahabatnya sejak pertemuan pertama mereka di gang gelap pada malam itu, terlebih ia baru melihat Donghyuck sedikit hangat kepada orang asing setelah sekian lama menutup diri.

"Kenapa?"

"Dia akan menemani Jeno? Sniper?"

"Bukan seperti itu, dia akan menunggu Jeno di suatu tempat setelah menyelesaikan misinya. Lagipula Donghyuck lebih suka pistol daripada senapan laras panjang." Jawab Jaemin. "Kau tertarik padanya?" Pertanyaannya membuat kedua pipi Renjun bersemu merah, secara tidak langsung reaksinya sudah menjadi jawaban bagi Jaemin.

Kedua sahabat Renjun dan Rahee tahu bahwa Renjun tidak pernah tertarik kepada lawan jenis, Renjun sendiri juga terbuka mengenai ketertarikannya kepada sesama jenis sehingga tidak ada rahasia di antara mereka. 

"Sekadar tertarik." Sahut Renjun, ia memalingkan wajahnya yang memerah karena malu. "Jangan katakan hal ini pada Jeno ataupun Rahee. Aku akan sangat malu bila mereka berdua tahu."

"Tenang saja, aku akan menutup mulut." Sahut Jaemin seraya tersenyum manis. "Tapi harus kuakui, kalian berdua terlihat manis saat bersama."

"Tutup mulutmu!" Seru Renjun, ia melempar bantalnya pada Jaemin dan tepat mengenai wajah tampannya. Ia tertawa senang, namun tawanya tak berlangsung lama karena Jaemin langsung membalas perbuatannya.

"Jaemin, kau tega melukai pasienmu?"

Kali ini Jaemin yang tertawa, "Kasihanilah diriku yang harus mendapatkan pasien seperti dirimu."

"Kau menyebalkan sekali."

oOo

Kedua kaki Donghyuck menaiki anak tangga yang terbuat dari batu, hanya ada lima anak tangga namun rasanya kakinya begitu berat. Ia sudah merasakan keengganan itu sejak ia bangun dari tempat tidur Renjun, ketika kedua matanya terbuka...ia merasa dadanya tidak sesak seperti biasanya, dan ia baru menyadari bahwa tak ada satupun mimpi buruk yang mengunjungi dirinya ketika tidur.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang