Chapter 13: Waiting

662 114 6
                                    


Angin di pagi hari terasa begitu tenang, begitu selaras dengan hangatnya cahaya matahari yang menerpa kulit wajah Donghyuck. Untuk pertama kalinya pula, ia merasa tenang dan hangat karena suhu yang hangat dan juga karena Renjun, meskipun ia sedikit mengkhawatirkan keadaannya ketika tentara Jepang datang ke rumahnya untuk menggeledah. Tadi malam adalah titik balik di hidupnya, tidak ada lagi dinding kokoh yang selama ini Donghyuck bangun untuk melindungi dirinya, ia merasa es yang menjadi topengnya perlahan-lahan mulai mencair.

Berbahaya, namun Donghyuck tidak dapat mencegahnya. Renjun begitu memukau dan bersinar, rasanya ia takkan pernah puas melihat senyum maupun mata yang berbinar-binar itu, ia ingin terus melihatnya dan hal tersebut melemahkan dirinya. Donghyuck sudah tidak peduli dengan ayahnya maupun tentara Jepang yang masih mengarahkan matanya pada segala gerak-gerik Donghyuck, seakan ia mendapatkan sebuah ilham baru.

Renjun adalah muse nya.

Donghyuck tahu Renjun adalah seorang pria, dan ia jelas bukan seorang pria yang lemah karena kemampuannya dalam menjalankan misi begitu hebat.

Cantik.

Ya, itulah yang netra Donghyuck tangkap pada sosok Renjun. Donghyuck tidak menganggap Renjun seperti wanita, tentu saja tidak. Cantik yang Donghyuck maksud lebih luas, di mana sosok Renjun baginya begitu indah, seorang spesial yang memiliki sisi kuat dan juga rapuh. Semua itu membuat Donghyuck kewalahan karena ide-ide bak kelopak bunga sakura berjatuhan dan memenuhi benaknya, sehingga ketika ia sampai di rumahnya dengan aman dan tanpa diketahui oleh ayahnya, jari-jarinya mulai menari di atas mesin ketiknya. Bukan sesuatu yang penuh amarah dan penghinaan, sesuatu yang belum pernah Donghyuck ciptakan.

Hangat dan manis, persis seperti Renjun.

Tentu saja semua ide-ide untuk memanaskan hati para perusak itu masih muncul dan Donghyuck tidak akan menyingkirkan semua ide itu. Donghyuck akan menjadikan ide itu sebuah kalimat dan tertata rapi di atas kertas putihnya setelah semua keindahan mengenai Renjun selesai ia buat.

Hari yang baik adalah judul untuk tulisan singkat pertamanya mengenai Renjun, jari-jarinya dengan lincah bergerak di atas mesin ketik seraya benaknya kembali mengingat awal pertemuannya dengan Renjun. Tatapan Renjun yang berada di tengah malam yang hanya diterangi oleh sinar bulan, suara dan senyumannya yang begitu melumpuhkan jiwa dan raganya. Hari tersebut adalah hari di mana Renjun mulai menyelinap masuk ke dalam hatinya, sebuah awal hancurnya dinding yang Donghyuck miliki.

Aku terjatuh.

Kehidupan Donghyuck mulai berubah, semenjak Renjun datang dan menghancurkan semuanya, Donghyuck dapat tidur dengan lelap dan tidak dihantui oleh mimpi-mimpi yang mengerikan. Ia mulai merasa hidup, rasanya begitu konyol karena selama ini Donghyuck hidup bagaikan tak memiliki jiwa dan hanya karena hadirnya Renjun di kehidupannya, jiwa yang ia kira telah menghilang bersamaan dengan kematian Ibunya perlahan-lahan muncul.

"Apakah aku bermimpi?" Donghyuck menghentikan jari-jarinya, kedua matanya yang terlihat semakin hidup mengarah pada pepohonan melalui jendela kamarnya. "Rasanya begitu aneh karena selama ini aku hanya merindukan Ibu dan kakek nenekku, namun sekarang aku juga begitu merindukanmu."

Donghyuck sangat merindukan Renjun, benaknya didominasi oleh pria mungil tersebut. "Bagaimana harimu?" Mereka belum lama berpisah, beberapa jam lalu ia masih memandangi wajah polos Renjun yang terlelap dan sekarang ia sudah memiliki banyak pertanyaan untuk Renjun.

 oOo

Bohong bila Renjun tidak gelisah dengan kedatangan tentara Jepang di rumahnya saat ini, terlebih lagi-lagi ia terbangun seorang diri di atas tempat tidurnya, Donghyuck sudah hilang dari pandangannya dan ia begitu kecewa karenanya. Seandainya Donghyuck masih ada di saat ia terbangun, mungkin dirinya tidak akan begitu gelisah.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang