Chapter 12: Promise

668 120 18
                                    

Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol, sesekali Rahee akan datang ke kamar untuk membawa teh dan kopi, atau hanya sekadar memeriksa keadaan kakaknya. Raut wajah Rahee sudah kembali seperti biasa, namun Renjun tahu bahwa adiknya masih marah karena tindakan bodohnya tadi. Dan setiap Rahee masuk ke dalam kamar, suasana akan menjadi canggung karena Rahee benar-benar tidak mengucapkan apapun.

"Adikmu terlihat sangat marah." Donghyuck berujar ketika Rahee sudah keluar dari kamar Renjun, ucapannya langsung mendapat anggukkan dari Renjun. "Apa yang akan kau lakukan?"

Kali ini Renjun menggeleng. Pria bertubuh mungil itu baru saja ingin menyuarakan ketidaktahuannya, namun sebuah suara langkah kaki yang menaiki anak tangga dengan hati-hati menggagalkan dirinya. Renjun dan Donghyuck saling bertatapan, salah satunya dengan tatapan panik sementara Donghyuck menatapnya dengan geli, sebuah senyum terulas di wajahnya ketika tiba-tiba saja Renjun membaringkan tubuhnya dan kemudian melindungi tubuhnya dengan selimut tebalnya. Suara langkah kaki di luar semakin dekat, dan akhirnya pintu kamar yang rusak itu terbuka dengan suara yang terdengar mengerikan bagi Renjun.

Donghyuck mendapati raut wajah kedua sahabatnya jauh dari kata ramah, "Hwang Renjun, kami tahu kau tidak tidur."

Tidak ada respon dari Renjun, dan hal tersebut membuat Donghyuck harus menahan tawanya karena Renjun terlihat begitu menggemaskan.

"Renjun?"

"Maaf..." Cicit Renjun.

"Apa?"

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi." Ulang Renjun dengan suara lebih keras."

Jeno mencibir, "Aku tidak percaya." Ucapannya mendapat anggukkan setuju dari Jaemin. "Kau akan mengulanginya lagi, cepat atau lambat."

Renjun mendengus kesal lalu akhirnya menyingkirkan selimut yang melindungi dirinya, pria tersebut bangun kemudian menyandarkan punggung dan kepalanya di headboard tempat tidur. Renjun menatap Jeno dan Jaemin memelas, berharap akan mendapatkan maaf dari kedua sahabatnya.

"Maaf." Melihat tatapan itu membuat Jaemin dan Jeno tidak dapat marah lebih lama, mereka memang akan selalu kalah dengan Hwang Renjun.

"Hyuck, apakah kau bisa keluar dulu?" Tanya Jeno pada Donghyuck yang masih setia di posisi awalnya. Sebelum menjawab, Donghyuck sempat menatap Renjun yang tengah menatap dirinya seakan memintanya untuk tetap tinggal. Ingin rasanya Donghyuck memenuhi pinta dari Renjun, namun ia tahu Jeno dan Jaemin ingin membicarakan sesuatu yang serius dan sangat rahasia.

"Aku akan menunggu di bawah." Jawaban Donghyuck membuat Renjun kecewa, pria itu langsung menundukkan kepalanya. Mau tidak mau Donghyuck keluar dari kamar Renjun dan menutup pintunya dengan perlahan-lahan, dia menuruni anak tangga dan bergabung bersama Rahee di meja makan. Lagi-lagi suasana canggung menyelimuti keduanya, namun Rahee yang terlanjur penasaran dengan apa yang terjadi di luar sana, akhirnya memberanikan diri untuk bersuara.

"Bagaimana keadaan oraboni saat anda menemukannya?"

"Dia baik-baik saja."

"Syukurlah." Rahee tersenyum pada Donghyuck, tetapi pria itu justru memalingkan pandangannya, merasa tidak terbiasa menerima senyuman dari orang lain dan ia juga merasa bersalah karena telah berbohong. Donghyuck terpaksa melakukan itu, tidak mungkin ia mengatakan pada Rahee bahwa keadaan Renjun jauh dari kata baik-baik saja, saat Donghyuck menemukannya di antara gerobak roti ia terlihat begitu rentan dan menyedihkan, dan ketika ia memeluknya....tubuh mungil tersebut seakan sudah tidak mampu menanggung beban apapun. Sempat batin Donghyuck bertanya-tanya, apa yang telah Kento lakukan hingga Renjun memutuskan untuk membunuhnya seorang diri dan tanpa persiapan. Sebanyak apa rahasia yang tidak Donghyuck ketahui? Donghyuck ingin sekali bertanya.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang