Chapter 21: Storm

533 76 6
                                    


Harapan Donghyuck yang menginginkan semuanya akan baik-baik saja, pupus saat mendengar apa yang Jeno dan Jaemin katakan pada malam itu. Rahee menangis ketika mendengar kabar tersebut, sementara Renjun marah hingga kulit putihnya berubah merah. Saat ini mereka semua berkumpul di meja makan dengan minuman yang disajikan atas meja, tetapi tidak ada satupun yang menyesap teh tersebut karena apa yang baru saja diucapkan oleh Jeno dan Jaemin.

"Aku ingin membunuhnya..sekarang."

"Renjun!"

Renjun menatap marah pada Jeno, "Aku tidak bisa diam saja ketika akhirnya manusia bajingan itu datang." Ia tidak berteriak namun ucapannya penuh tekanan. "Bahkan sekarang aku tidak dapat melihat Rahee karena aku merasa tidak berguna sebagai kakaknya."

Donghyuck menatap sedih pada kedua kakak beradik itu, mereka hancur dengan cara mereka sendiri. Rahee menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Jaemin, sementara Renjun berusaha membuat Jeno mengerti bahwa dirinya harus membunuh Tomo malam ini juga. Kekasihnya marah tapi Donghyuck dapat melihat kedua mata itu berkaca-kaca. Ia tidak dapat membayangkan betapa hancurnya hati Renjun, ia baru saja mendengar kekasihnya dipaksa untuk menikahi wanita lain dan sekarang kedatangan Tomo membuatnya semakin buruk.

Ia melihat dalam diam Jeno dan Renjun yang tengah berdebat panas, berusaha mempertahankan argumen mereka. Cukup lama perdebatan mereka terjadi namun tak kunjung menemukan kesepakatan, berulang kali Jaemin menengahi tetapi keduanya seakan melupakan keberadaan yang lain. Barulah ketika jari-jari tangan Donghyuck menggenggam milik Renjun, debat mereka terhenti.

"Renjun, aku tidak ingin kau terluka." Ekspresi Renjun mulai melunak. "Bukankah kau sudah berjanji padaku? Kita tidak akan terpisahkan?"

"Bila kau melakukannya malam ini, tanpa persiapan juga dengan hati yang tidak baik-baik saja, aku takut mereka dapat melumpuhkanmu." Semuanya terdiam, bahkan Rahee berhenti terisak karena perkataan Donghyuck. Air mata yang sejak tadi Renjun tahan akhirnya tumpah juga, ia malu karena menangis namun ia tidak dapat menahannya lagi. Hatinya begitu sakit, benaknya terus dibayangi oleh aksi kejam Tomo dan teman-temannya pada Rahee, ia ingin membunuhnya dengan kejam, tetapi ucapan Donghyuck membuatnya ragu. Renjun tidak siap, ia juga tidak tahu di mana Tomo menginap dan ada berapa tentara yang menjaga dirinya, bila ia menuruti egonya mungkin ia akan mati malam ini.

"Maafkan aku." Akhirnya Renjun mengalah, ia mau mengikuti rencana Jeno. Di misi terakhir ini, ia akan menjaga dirinya agar tidak berbuat ceroboh, ia tidak ingin membuat Rahee semakin menderita dan juga mengingkari janjinya pada Donghyuck.

Di sisa malam itu, Rahee pergi ke kamarnya dan tersisa para pria di sana. Donghyuck dengan tangan yang masih menggenggam tangan Renjun, mulai menceritakan permasalahannya termasuk ancaman yang ayahnya berikan.  Air mata Renjun perlahan-lahan kembali mengalir, ia tidak mau Donghyuck menjadi milik orang lain.

"Apa kalian memiliki saran?"

Jeno dan Jaemin saling berpandangan kemudian Jaemin bersuara lebih dulu, "Bagaimana bila kau pergi ke luar negeri?"

"Dan meninggalkan Renjun di sini?" Donghyuck terlihat ngeri. "Aku tidak mau sampai hal itu terjadi. Aku ingin Renjun juga pergi bersamaku." Tapi Donghyuck tahu hal itu tidak mungkin terwujud, Renjun belum menyelesaikan misinya bersama Carpe Diem.  

"Kau mau menunggu sampai misi Renjun selesai?" Jeno akhirnya bersuara, ia tampak lelah. "Bila misi ini berhasil, Renjun akan berhenti."

Donghyuck menatap Jeno lalu pada kekasihnya, ia mendapat anggukan dari Renjun. Dengan suara lirih Renjun menjelaskan bahwa Tomo adalah misi terakhirnya, "Sebelum aku bertemu denganmu, kami sudah memiliki rencana untuk pergi ke Amerika, untuk membuka lembaran baru."

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang