Chapter 17: Paramour

629 104 5
                                    


Kedua netra Donghyuck dan Renjun menatap nanar hujan yang turun dengan deras dari pelataran rumah, mereka tidak menyangka langit yang awalnya terang dan tidak menunjukkan tanda-tanda hujan akan turun tiba-tiba saja mulai menitikkan air dari atas sana. Donghyuck melirik kekasihnya, keningnya mengernyit dan Donghyuck tahu pasti bahwa saat ini pria tersebut tengah menahan kesal.

"Aku tidak akan mau menerobos hujan," Renjun mengalihkan pandangannya pada Donghyuck, baru saja ia ingin menyuarakan protesnya namun Donghyuck langsung menutup mulutnya dengan tangan pria tersebut, ia terkekeh pelan. "Aku tidak ingin kau sakit. Lagipula jarak tempat ini ke rumahmu cukup jauh."

Mendengar jawaban Donghyuck membuat Renjun menggigit bibirnya, Renjun tidak ingin membuat Rahee dan kedua sahabatnya cemas mengenai dirinya yang tak kunjung pulang. Tetapi hujan kali ini benar-benar deras sehingga ia takut menjadi Renjun yang tidak berguna dan menyusahkan orang-orang terdekatnya.

"Kita bisa menunggu di rumah ini sampai hujan reda." Hatur Donghyuck. "Kamarku masih layak digunakan, di sana juga ada alas dan selimut."

"Bagaimana dengan Rahee?" Ia terlihat ragu. "Jaemin dan Jeno pasti juga akan mencemaskan diriku."

"Aku yakin Rahee akan menyampaikan mengenai kepergianmu bersamaku, dan kau tidak perlu cemas karena Jeno dan Jaemin sudah pasti percaya bila aku dapat menjaga dirimu."  Setelah itu Donghyuck mengulurkan tangan kanannya pada Renjun, menunggu untuk Renjun menerima uluran tangannya. Donghyuck tidak perlu menunggu lama karena beberapa detik kemudian Renjun menerima uluran tangannya, tangan mungil dengan jari-jemari yang lentik itu langsung Donghyuck genggam erat.

"Ayo." Renjun tersenyum seraya mengikuti Donghyuck untuk masuk ke dalam rumah tradisional tersebut. Pintu geser rumah tersebut Donghyuck tutup, lalu dengan jantung yang menggebu-gebu ia mengajak Renjun untuk masuk ke dalam kamarnya. Suara geseran dari pintu tersebut sedikit menyakiti pendengaran mereka diakibatkan jarangnya kamar tersebut digunakan oleh Donghyuck.

Netra Renjun memindai kamar Donghyuck yang mulai gelap karena tidak ada pencahayaan dari luar maupun pencahayaan dari lilin, namun ia masih dapat melihat beberapa mainan yang berada di sudut ruangan dan buku-buku yang bertumpuk di atas meja. Renjun terlalu fokus dengan kamar Donghyuck, hingga ia tidak menyadari bahwa kekasihnya sudah melepaskan genggaman tangan mereka dan sekarang tengah mengambil alas dan selimut dari lemari untuk Renjun.

"Aku akan mencari lilin terlebih dahulu, duduklah." Donghyuck melebarkan alas tersebut di atas lantai kayu kamarnya kemudian memberikan selimut tebalnya untuk Renjun.

Renjun menerima selimut tersebut lalu tersenyum pada Donghyuck, "Terima kasih." Ia mendudukkan pantatnya di atas alas yang telah Donghyuck bentangkan, kemudian netranya mengawasi punggung Donghyuck yang meninggalkan dirinya untuk mencari lilin. Sekali lagi Renjun tersenyum, sungguh tidak menyangka bahwa perasaannya terbalas dan sekarang mereka adalah sepasang kekasih.

Momen di atas jembatan itu terus-menerus terputar di dalam benaknya, membuatnya kedua pipinya tanpa sadar berubah merah bak tercoreng perona pipi. Renjun tidak akan pernah melupakan hari ini, semua terasa begitu indah, tawa dan air mata yang ia bagi dengan Donghyuck, begitupun dengan ciuman pertama mereka.

"Maaf lama." Donghyuck kembali dengan lilin yang sudah terbakar ujungnya. "Aku lupa di mana letak lilinnya berada."

"Tidak apa-apa." Sahut Renjun, ia menggeser tubuhnya agar Donghyuck dapat duduk di sampingnya.

Donghyuck tersenyum manis, dan jujur saja senyuman itu begitu melumpuhkan Renjun hingga ia tak tahu harus melakukan apa. Pria itu hanya terdiam sembari menatap Donghyuck yang duduk di sampingnya seraya meletakkan lilin di hadapan mereka.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang