Chapter 10: Hug

733 129 12
                                    


Entah sudah berapa lama Donghyuck menunggu Jeno di toko obat tradisional, menit demi menit ia lewati dalam kegelapan. Malam ini hujan deras, membuat tubuhnya menggigil kedinginan karena pakaiannya yang tidak cukup tebal dan tidak ada perapian di toko ini. Akhirnya Donghyuck menghabiskan waktunya dengan menghisap cerutu, setidaknya tubuhnya sedikit menghangat.

Sejujurnya ia merasa sedikit menyesal karena tidak membawa jam tangan kesayangannya, sehingga ia tidak tahu sekarang jam berapa dan sudah berapa lama ia duduk diam di tempat ini. Tepat ketika Donghyuck selesai menghisap cerutunya dan menyimpannya kembali, ia mendengar bunyi yang kencang dari kejauhan, meskipun suara hujan menyamarkan suara tersebut namun ia yakin bunyi tadi adalah suara tembakan. Batin Donghyuck menerka, apakah Jeno berhasil membunuh sang target? Pria tersebut akhirnya memutuskan untuk bangkit dari duduknya seraya menunggu kedatangan sahabatnya dengan harap-harap cemas.

Suara tembakan itu bukan hanya terdengar oleh pendengaran Donghyuck, namun Renjun juga mendengarnya. Ia menyeringai tipis, ia sangat yakin Jeno dapat menjalankan misi dengan lancar tanpa ada hambatan. Pria bertubuh mungil itu masih menunggu di dalam kegelapan kamar Kento, ia menunggu dengan sorot mata penuh dendam dan kemarahan, sosok ceria dan jahil Renjun seakan tidak pernah ada di dunia ini. Renjun mengeluarkan pistolnya ketika ia mendengar suara langkah kaki mendekati kamar Kento, tidak lama pintu terbuka dan orang yang ia tunggu sejak tadi masuk ke ruangan tersebut dan menutup pintunya kembali.

Sekat kayu yang menjadi tempat persembunyian Renjun memiliki sedikit celah sehingga Renjun dapat mengawasi mangsanya. Ia dapat melihat dengan jelas Kento meletakkan senjatanya di atas tempat tidurnya dan melepas seragam serta atributnya kemudian menghilang ke dalam kamar mandi. Cukup lama Renjun menunggu Kento selesai mandi, hingga akhirnya ia bernapas lega ketika melihat pria tersebut keluar dari kamar mandi dengan hanya sebuah handuk yang melindungi bagian bawahnya. Kedua mata bak rubahnya mengikuti ke mana Kento melangkah, pria itu berjalan menuju dinding di samping pintu kamarnya untuk menyalakan lampu kamarnya.

Ini saatnya, Kento-san.

Renjun sama sekali tidak memperbolehkan Kento menyelesaikan kegiatannya, sebelum jarinya berhasil menekan tombol saklar lampu, Renjun lebih dulu keluar dari tempat persembunyiannya dan menarik pelatuk pistol dengan tangan yang tidak terluka. Satu pelurunya berhasil melukai kaki kiri pria berdarah Jepang tersebut sehingga ia jatuh tersungkur.

"Sial!" Makinya dengan raut wajah kesakitan, sementara Renjun tidak dapat menahan seringai lebar di wajahnya. Kedua matanya menatap nyalang Kento yang kesakitan dan berusaha mengambil senjatanya di atas tempat tidur.

"Tidak, Kento-san." Ucap Renjun sinis. "Aku tidak menerima perlawanan, cukup terima hadiah dariku."

Pekik kesakitan Kento lontarkan untuk terakhir kalinya ketika peluru itu mengenai wajahnya, kesadarannya menghilang namun Renjun tidak berhenti membuang pelurunya. Ia menghabiskan peluru di magasinnya, dengan raut penuh kemarahan ia merusak wajah Kento hingga siapapun takkan ada lagi yang mengenali wajah pria tersebut. Darah segar mengenai pakaian dan wajah Renjun, dan ia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk membersihkan dirinya dari noda berwarna merah pekat itu.

"Terima kasih atas pengabdianmu untuk Jepang, Kento-san." Renjun mengeluarkan satu peluru dari sakunya kemudian mengisinya ke dalam magasin yang kosong, satu tembakan terakhir ia berikan Kento di jantungnya.

Suara tembakan kali ini terdengar begitu jelas karena hujan mulai mereda, membuat kecemasan Donghyuck semakin meningkat, dan jujur saja suara tembakan itu berhasil membuat tengkuk Donghyuck meremas, ia takut bila suara tembakan itu berasal dari tentara Jepang yang mengejar Jeno. Ia mendekati pintu toko, ingin mengintip keadaan di luar sana namun tiba-tiba saja pintu kayu itu terbuka dan Jeno muncul dengan terengah-engah.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang