Chapter 4: Stranger

904 146 13
                                    

Kemegahan dan keramaian Carpe Diem seakan sirna ketika matahari berkuasa menggantikan bulan, bangunan besar itu terlihat membosankan dan hilang kekuasaan. Donghyuck menatap palang merah Carpe Diem sesaat sebelum akhirnya berjalan mendekati pintu ganda bar tersebut. 

Pintunya tidak terkunci, menandakan bahwa Jeno maupun Jaemin sudah bangun. Keramaian dari luar bar langsung menghilang ketika ia masuk ke dalam bangunan tersebut, ia melewati lorong pendek sebelum akhirnya menginjakkan kaki di aula besar Carpe Diem.

Ia mengedarkan pandangannya hingga akhirnya bertatapan dengan Jeno, “Selamat pagi.” Ucapnya seraya mendekati pria tersebut. 

Jeno dan Jaemin tengah duduk di bar sembari menikmati secangkir kopi. 

“Kau mau kopi?” Tanya Jaemin.

“Boleh.” Donghyuck duduk di samping Jeno. “Tidak perlu gula.” 

Jaemin mengangguk paham seraya tersenyum lalu pergi ke dalam dapur, meninggalkan Jeno dan Donghyuck berdua di aula Carpe Diem. 

“Pekerjamu belum datang?” Tanya Donghyuck, memecah keheningan. 

“Carpe Diem beroperasi malam hari, Lee Donghyuck. Tentu saja tidak ada siapapun di sini selain aku dan Jaemin.” Jawab Jeno lalu menyesap kopinya. 

Donghyuck terdiam, ia tidak pandai membuka percakapan lagi setelah kematian Ibunya. Ia menjadi seseorang yang canggung dan irit bicara. 

“Biasanya kau datang ketika Carpe Diem tutup, kenapa sekarang kau muncul pagi-pagi sekali?” Tanya Jeno, ia menatap sahabatnya. 

“Kau membutuhkan sesuatu?” 

“Tidak.” Jawab Donghyuck singkat. “Aku hanya ingin bertanya sesuatu...untuk keperluan tulisanku.” 

Entah mengapa Jeno merasa bahwa hal yang akan ditanyakan oleh Donghyuck bukanlah hal sepele, ia sepenuhnya memperhatikan Donghyuck dan melupakan kopinya. Meskipun ia tahu pertanyaan itu juga takkan berhubungan dengan tulisan-tulisan yang akan Donghyuck buat, pria tersebut enggan menyebut Carpe Diem di dalam tulisannya.

“Apa itu?” 

“Apakah temanmu baik-baik saja?” 

Sunyi sesaat, raut wajah Jeno berubah dan warna kulitnya memerah. Pria tersebut tahu dengan pasti apa yang dimaksud oleh Donghyuck, namun bagaimana Donghyuck tahu bahwa Renjun terluka? 

“Apa kau sudah membaca surat kabar?” Donghyuck kembali bertanya karena Jeno tak kunjung menjawab. 

Sebuah gelengan diberikan oleh Jeno. 

“Mereka memiliki ciri-ciri dari temanmu, Lee Jeno.” 

“Sial.” Itu bukanlah makian dari Jeno, melainkan Jaemin. Pria berbulu mata lentik itu tampak terkejut, ia langsung memberikan kopi Donghyuck ke atas mejanya dan kembali duduk. 

“Mereka memilikinya?” 

“Ya. Dan sangat jelas.” 

Jaemin dan Jeno saling berpandangan, raut wajah mereka sudah memberikan betapa takutnya mereka. Ya mereka memang takut, bukan karena takut dengan keselamatan mereka sendiri, namun Renjun. 

“Mereka mengetahuinya karena berhasil melukainya.” Ucap Jeno. “Kita harus memperingatkannya untuk berhati-hati dan menariknya dari misi.” 

“Tapi kau tahu bagaimana sifatnya? Ia sangat keras kepala, Jeno.” 

“Kita harus memaksanya, kalau perlu kita ikat dia.” 

Jaemin menggeleng tak percaya, “Kau gila.” 

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang