Chapter 11: Good Day

631 119 21
                                    


Pintu belakang Carpe Diem masih terkunci ketika Donghyuck dan Renjun datang, menandakan bahwa pemilik dari bar ini dan Jaemin belum kembali dari pencariannya, Renjun sungguh merasa bersalah karena hal tersebut. Menunggu Jaemin dan Jeno kembali di luar bar adalah hal yang sangat berbahaya, maka dari itu Renjun mengajak Donghyuck untuk melewati jalan lain menuju rumahnya.

"Apakah aman?" Tanya Donghyuck seraya mengawasi sekitarnya. Saat ini hujan telah berhenti dan menyisakan udara yang begitu dingin, dan Donghyuck memanfaatkan keadaan tersebut untuk menggenggam tangan Renjun.

"Aman." Renjun tersenyum manis padanya kemudian menuntun Donghyuck melewati jalanan yang semakin lama semakin sempit dan masuk ke dalam hutan. Renjun melangkah dengan pelan-pelan karena rasa sakit yang semakin bertambah di kakinya, ia sempat berhenti beberapa kali karena merasa begitu nyeri.

"Aku bisa menggendongmu."

"Tidak. Aku masih bisa berjalan sendiri." Tolak Renjun, suaranya terdengar begitu yakin namun pada akhirnya ia tidak bisa membohongi dirinya dan juga Donghyuck, ia tidak kuat melanjutkan perjalanan ini. Donghyuck tidak dapat menahan senyum terbentuk di wajah tampannya, ia melepas genggamannya pada tangan Renjun lalu berjongkok membelakangi pria bertubuh mungil tersebut.

"Cepat naik."

Kedua pipi Renjun bersemu merah, "Tubuhku berat."

"Tidak masalah." Awalnya Renjun ragu, sebelumnya tidak pernah ada yang menggendong dirinya dan ia takut justru akan membuat mereka berdua jatuh. "Aku tidak akan jatuh." Ucap Donghyuck seakan dapat membaca pikiran Renjun.

Dilema mendera Renjun, ia malu untuk menerima tawaran Donghyuck, namun ia juga sudah tidak kuat berjalan. Renjun menatap jalanan dan punggung Donghyuck bergantian, merasa begitu berat untuk memutuskan apa yang akan ia pilih. Tiga puluh detik terlewati dan Donghyuck sudah mendesah kesal.

"Hwang Renjun?"

Akhirnya ia memutuskan apa yang Renjun pilih, meskipun ia sedikit merasa terpaksa. Pria itu naik dengan hati-hati ke punggung Donghyuck, ia reflek mengalungkan tangannya di sekitar pundak Donghyuck ketika pria itu bangkit dari posisinya dan kembali melanjutkan langkahnya. Renjun dapat merasakan wajahnya semakin memanas dan memerah karena betapa dekat dirinya dengan Donghyuck sekarang.

"Tidak akan ada tentara Jepang yang berjaga?" Donghyuck kembali membuka percakapan, benar-benar tidak terlihat seperti dirinya. Donghyuck mendengar Renjun tertawa canggung, "Mereka akan kembali di pagi hari, sekarang mereka tengah kelimpungan karena dua pria Jepang tewas."

Selama perjalanan tersebut keduanya mulai bercengkrama, meskipun Donghyuck masih merasa canggung karena baru kali ini ia berbicara banyak selain dengan Jaemin dan Jeno. Sementara Renjun sama sekali tidak canggung, ia akan tertawa mendengar lelucon garing yang Donghyuck lontarkan, bahkan ia akan memukul pelan pundaknya bila Donghyuck membuat komentar jahil mengenai Jaemin yang menikahi peralatan medisnya. Tidak terasa, akhirnya keduanya sampai di pintu belakang rumah Renjun, di sana memang tidak ada tentara Jepang yang berjaga. Renjun mempersilakan Donghyuck untuk mengetuk pintu belakang rumahnya, tiga ketukan Donghyuck berikan dan tak lama kemudian pintu dibuka oleh Rahee.

"Oraboni!" Tangisan Rahee tumpah ketika melihat kakaknya. Renjun ingin turun dari punggung Donghyuck, namun pria itu tak mengizinkannya untuk turun.

"Rahee, maafkan aku." Renjun menatap adiknya dengan tatapan menyesal, tangan kirinya ia ulurkan untuk menghapus air mata di wajah Rahee dengan jari-jemarinya. "Maafkan oraboni."

Donghyuck kembali merasa canggung, pasalnya ia berada di tengah-tengah Rahee dan Renjun, terlebih adik Renjun tidak mau berhenti menangis. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka suara, berusaha menengahi kakak beradik tersebut.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang