Chapter 7: Beautiful Like a Flame

828 145 17
                                    

Setelah mendapatkan persetujuan dari Rahee, Donghyuck segera melangkah turun dari kamar Renjun yang berada di lantai dua. Ia melangkah dengan hati-hati agar tidak menimbulkan keributan dan menarik perhatian tentara Jepang yang berjaga di bukit kecil dekat kediaman Renjun dan Rahee.

Ia menghentikan kakinya di ruang tengah rumah sederhana ini, ruangannya gelap namun ia masih dapat melihat apa saja yang ada di ruang tengah ini karena sinar bulan yang masuk melalui celah-celah ventilasi rumah. Sebuah kursi dan meja sederhana, perapian yang terbuat dari batu bata merah, dinding berwarna putih dengan dihiasi oleh lukisan-lukisan berukuran sedang.

Ada dua lukisan yang menarik perhatiannya, satu lukisan seorang wanita dan laki-laki paruh baya, tersenyum dengan bahagia. Donghyuck yakin itu adalah lukisan dari kedua orangtua Renjun, ia juga melihat kemiripan Renjun di wajah sang wanita. Sementara lukisan lainnya adalah lukisan Rahee dan Renjun, mereka berdua duduk di kursi dengan tangan yang saling menggenggam. Renjun terlihat lebih muda, senyuman pria manis itu juga terlihat lebih tulus.

Donghyuck tersenyum, ia baru mengenal Renjun namun ia sudah membandingkan senyumannya Renjun di lukisan itu dengan senyumannya yang sekarang. Senyuman Donghyuck sirna ketika ia menyadari bahwa ia baru saja tersenyum, tersenyum tanpa memikirkan senyum Ibunya dan kejadian tragis yang mengubah hidupnya.

Apa yang terjadi padaku?

Donghyuck merasa sesuatu di dalam dirinya perlahan-lahan berubah, sejak ia bertemu dengan Renjun, benaknya tidak dipenuhi lagi oleh kemarahan dan kesedihan. Ia memiliki keinginan dan ketertarikan lagi, sesuatu yang tak pernah ia rasakan untuk orang lain.

Aku baru mengenalnya, kami bahkan tidak dekat.

Donghyuck tanpa sadar menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, masih menatap wajah Renjun yang terlukis dengan indah di atas kanvas. Mata itu masih sama, berbinar seakan ia mencuri beberapa bintang di langit dan menyimpan di bola matanya. Semakin ia mengagumi Renjun, semakin ia yakin bahwa ada yang salah darinya, tidak pernah ia memikirkan kedua sahabatnya dan mengagumi mereka seperti ia memikirkan dan mengagumi Renjun.

Aku menyukai laki-laki?

Suara tawa terdengar, tidak ada humor di dalam tawa itu. Donghyuck benar-benar tidak paham dengan dirinya sendiri, selama ini ia tidak tertarik dengan wanita manapun, ia selalu menolak perjodohan yang Ayahnya siapkan, dan pada saat itu ia hanya berpikir bahwa ia tidak memiliki ketertarikan pada mereka karena ia belum menemukan wanita yang tepat.

Konyol.

Ternyata tidak akan ada wanita yang tepat. Seseorang yang membuatnya tertarik, membuatnya kembali sadar bahwa ia masih hidup adalah Renjun. Ia kembali tertawa, membayangkan bagaimana reaksi Ayahnya ketika tahu bahwa putranya yang tidak berguna ini memiliki ketertarikan dengan sesama jenis, mungkin pria tua itu langsung menghabisinya.

Lalu bagaimana dengan Renjun?

Apakah Renjun juga sama dengan dirinya? Apakah ia sudah memiliki seseorang di hatinya? Wanita atau Pria? Mendadak raut wajah Donghyuck berubah muram, ia benci memikirkan Renjun telah menyukai seseorang yang bukan dirinya, ia ingin menjadi satu-satunya orang yang dapat menikmati senyuman dan mata indah itu.

Hanya dirinya.

Donghyuck memutuskan untuk kembali ke kamar Renjun, ia ingin memastikan apakah yang hatinya rasakan untuk Renjun benar-benar nyata. Kali ini ia mempercepat langkahnya, ia tidak peduli dengan tatapan bingung Jeno yang mengarah padanya atau tatapan penuh selidik dari Jaemin yang ternyata sudah bangun dari tidurnya, namun ia tidak dapat mengabaikan tatapan Renjun. Pria itu juga sudah terjaga, kedua mata bak rubah miliknya menatap lembut dirinya, seakan ada tali tak kasat mata mengikat mereka berdua, saling menatap dalam diam.

Romantic Generation | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang