“Untuk mendapatkan secuil kebahagiaan pun, harus ada banyak luka yang di lewati terlebih dahulu.”
—Dharmendra Ezra Fazran."
Ke enam laki-laki tampan menguasai lorong sekolah dengan langkah besarnya. Mereka adalah Geng inti Calaveras. Calaveras dalam bahasa Spanyol adalah tengkorak. Seperti lambang jaket kebesarannya yang di taruh di punggung belakang. Lambang kepala tengkorak sendiri adalah sebuah kematian. Maka tak jarang, banyak orang-orang yang menjuluki Geng Calaveras adalah, malaikat maut kematian.
Apalagi dengan sosok ketua yang memiliki wajah yang amat sempurna di semua sisi, baik secara vertikal maupun horizontal. Dengan matanya yang lebar, namun tak memiliki kelopak mata, hingga terkesan begitu unik dan teduh jika di pandang. Sosok sempurna itu adalah Dharmendra Ezra Fazran. Ketampanannya tersebut membuat banyak sekali kaum hawa yang amat memuja tentang parasnya, apalagi dengan boxy smilenya. Namun sayang, senyuman kotak itu jarang ia tunjukan.
Meski Dharmendra di juluki dengan 'The Most Handsome Man in the Word’ oleh banyak orang, tapi ketampanan itu tak luput dari sinar yang mematikan dari cahaya wajahnya. Siapa pun yang melihat ketampanan Dharmendra, ia akan terlena detik itu juga.
Membahas ketampanan dari sosok Dharmendra tidak akan pernah selesai. Dharmendra terlalu sempurna jika harus di gambarkan. Namun, ada satu yang menutup ketampanan itu. Dharmendra terlalu cuek pada sekitar. Seperti saat ini, Dharmendra hanya duduk menyender dengan satu tangan yang di jadikan penyangga, tanpa berniat ikut dalam obrolan yang tengah teman-temannya perbincangkan.
“Kala kupandang sosok Dharmendra dari sedotan, wajah yang terlalu tampan namun mematikan. Terasa kembali gelora jiwa mudaku. Karena tersentuh wajah tampannya, rasanya aku iri ....” Noah menyanyi dengan memukul meja itu sebagai gendang, dan mengubah lirik lagu untuk menggoda Dharmendra agar tidak seperti patung.
“Api cemburu yang dahulu pernah membara. Semakin kuiri, semakin kutak mengerti. Detak jantungku seakan ingin membunuh. Karena mengiri oleh pesona tampannya sosok Dharmendra.” Haviz melanjutkan nyanyian itu, membuat teman-temannya langsung tertawa terpingkal-pingkal.
“Sebelum lo bunuh gue, gue duluan yang akan bunuh lo kelinci kecil,” sahut Dharmendra begitu malas.
“Bunuh ajalah, nanti jantungnya buat gue jadiin bantal,” timpal Rafael dengan nada yang mengantuk.
Haviz cemberut. “Jahat banget, deh, sama Haviz. Manusia sesuci Haviz masa mau dibunuh? Nanti Haviz masuk surga, kalian masuk neraka. Nanti di sangka nggak friend lagi.”
“Menurut buku yang gue baca, jaminan masuk surga itu tergantung amal ibadah kita. Dan lo jangan terlalu percaya diri, lo bisa aja ikutan masuk neraka,” papar Luis akan pengetahuannya.
“Nanti di neraka kita party bareng. Seru kayaknya.” Marvin tergelak, ia meneguk minumannya khas orang minum bir. Ya, anggaplah seperti itu.
“Iya seru, nanti bakar-bakar tubuh kita sendiri. Hem ... aroma daging manusia penuh dosa. Hahaha,” tambah Noah. Seketika gelak tawa di meja Calaveras begitu menggema.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIVANDRA (On Going)
Teen Fiction[Jangan lupa follow akun ini terlebih dahulu. Anda senang, saya simbiosis mutualisme.] Judul awal : DHARMENDRA. Berawal dari kesalahan Reandra Azriel Farzan karena hampir mengorbankan nama Calaveras tanpa perundingan, membuat ia harus terkapar koma...