7. Pengeroyokan

390 65 0
                                    

Terlalu fokus pada satu objek, seringkali mengabaikan satu titik fokus di sekitar.

—Diandra Zivana Athalla—

Hi, sebelum membaca di usahakan vote terlebih dahulu, okey.

Jangan lupa komen di setiap paragrafnya:)

Sudah siap untuk menghalu kembali?

Okey, let's go!!!!!

Azri, nama yang harus Ziva lupakan untuk saat ini. Rasanya Ziva benar-benar sudah kehilangan semangat. Fokus belajarnya saja hampir berantakan. Ziva sama sekali tidak memperhatikan guru di depan yang tengah menjelaskan materi. Ziva hanya melamun, dari awal hingga dering bel berbunyi.

Pikiran Ziva sudah melalang buana. Pandangannya menerawang kosong. Ia hanya memainkan pulpen yang ia genggam, tanpa sedikit pun membuka suara. Dharmendra sendiri yang melihat gelagat Ziva merasa sangat aneh, tak seperti biasanya. Hari ini Ziva terlihat lebih pendiam.

“Ziva, kantin ayok!” ajak Aileen di tempatnya.

Ziva melirik sekilas. “Lo sama yang lain aja. Gue lagi males.”

“Loh, kok gitu? Ayok sih, ke kantin. Dari pada lo di kelas sendirian.” Mawar berjalan ke arah meja Ziva.

“Gue ngantuk, Mawar. Gue mau tidur aja di kelas. Udah, sana, ya. Jangan ganggu gue,” ujar Ziva mulai lelah.

“Tapi Ziva ....”

“Ini perintah!” tegas Ziva.

Okey, fine. Gue nggak akan ganggu lo. Ya udah, kita duluan.” Mawar dan kedua temannya akhirnya pergi meninggalkan kelas tanpa Ziva.

“An, ayo ke kantin!” teriak Luis di ambang pintu.

“Duluan, gue mau ke toilet, nanti gue nyusul,” jawab Dharmendra.

“Oke! Kita tunggu di kantin!”

Ziva menatap Dharmendra dengan dahi yang mengerut. Ia lalu menelungkupkan wajahnya di meja, tanpa memedulikan Dharmendra yang masih stay duduk. Di lihat-lihat, memang benar, bahwa ada yang aneh dari diri Ziva.

“Ziva, lo ngelewatin garis pembatas. Lo udah ngelanggar,” omong Dharmendra memberitahu.

“Bodo amat, gue udah nggak peduli.” Ziva menjawab sedikit bergumam.

“Ziva!” Dharmendra meraih bahu Ziva, menarik seragam gadis itu, hingga Ziva harus merubah posisinya menjadi duduk tegap. Wajah Ziva sudah benar-benar kesal. Ia tidak suka di ganggu seperti ini.

“Apa sih, hah?! Gue tahu kok, gue udah ngelanggar aturan lo. Lo mau nomor whatsapp gue? Nih, ambil sendiri di handphone gue, tapi jangan ganggu ketenangan gue, ngerti!” Ziva menyulutkan emosi yang sudah menggebu. Napasnya sampai terengah menatap Dharmendra nyalang.

“Lo kenapa sih, hah?! Lo kalau ada masalah bilang?!” bentak Dharmendra.

Ziva membisu. Matanya sudah memerah menahan tangis agar tidak keluar. Namun sial, sekuat apa pun Ziva, ia tidak bisa membendung air mata itu lebih lama lagi. Tangis Ziva yang tiba-tiba, membuat Dharmendra sendiri terpaku. Apa Dharmendra sudah keterlaluan?

Dharmendra berdecak. Ia membawa tubuh Ziva dalam dekapannya. Ziva hanya bisa menangis, membasahi seragam Dharmendra dengan air matanya. Beruntung, keadaan kelas di sini sangat sepi, hanya ada Dharmendra dan Ziva. Karena penghuni kelas sudah berhamburan untuk istirahat.

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang