15. Jadian

298 50 2
                                    

Jangan lupa untuk follow akun penulis terlebih dahulu  Ocha_Amsy16

Silakan tinggalkan vote dan komentar di setiap paragraf!

Anda senang, saya simbiosis mutualisme:v

Happy Reading 🤗

〜(꒪꒳꒪)〜

Perpustakaan ini cukup sepi untuk Ziva menyendiri. Sedari tadi ia bergeming—menatap kosong buku yang berada di hadapannya. Perasaannya terlalu bercabang memikirkan tentang dua laki-laki yang berada di kehidupannya.

Satu bulir air mata menetes tanpa di duga. Cukup sakit untuk Ziva pendam sendiri tentang masalah yang merundung hati. Tak di sangka, sebuah sapu tangan tiba-tiba ada di depannya begitu saja. Mata Ziva terangkat, menemukan Dharmendra yang tak berekspresi tengah menatapnya.

Ziva dengan ragu menerima sapu tangan itu, ia segera menyeka air matanya dengan perasaan malu. “Ma-makasih,” cicitnya pelan.

Dharmendra ikut duduk di samping gadis itu. Menatap kecantikan Ziva dari samping. Hidungnya yang bangir, bulu matanya yang lentik, bibirnya yang tipis, dan kulitnya putih nan lembut seperti susu.

Gadis itu begitu sempurna.

“Kenapa lo nangis? Apa ini ada hubungannya dengan lo yang berusaha ngehindar dari gue?” tanya Dharmendra. Ziva menoleh, manik matanya bertumbuk dengan mata kelam itu. “Tolong beri alasan yang masuk akal, kenapa lo nolak gue kemarin?”

Ziva memalingkan wajahnya segera. “Gue udah bilang, kan, kalau gue nggak punya perasaan apa pun sama lo. Lagi pula, tangis gue sekarang bukan karena lo,” cetusnya.

“Masih mau bohong sama perasaan lo sendiri? Lagi pula gue udah tahu, kalau sebenernya lo punya perasaan sama gue, kan?” tutur Dharmendra membuat Ziva mengernyit heran. “Enggak usah ngelak lagi. Rafael sama Lavanya udah bilang sama gue tentang lo.”

Deg!

Tubuh Ziva seketika menegang. Sandiwara itu ternyata sudah sampai ke telinga Dharmendra. Ah, kalau seperti ini Ziva harus menjawab apa? Ziva tahu kenapa Lavanya memilih untuk berbohong, pasti Lavanya tengah mati-matian menyembunyikan identitas kedua abangnya Ziva.

“Gu-gue—”

“Jadi kenapa? Kenapa lo nolak gue, sedangkan perasaan lo itu sama seperti gue? Jelasin sama gue, Ziv,” desak Dharmendra.

Ziva memejamkan matanya sekilas. “Gue nggak bisa sama lo, Dharma. Gue udah punya pacar,” ungkap Ziva, lantas menatap Dharmendra dengan sendu. “Ini alasan kenapa gue tolak lo. Gue udah punya pacar, namanya Azri.”

Dharmendra tersenyum kecut. “Lo pasti bercanda, kan?”

“Gue enggak bercanda, Dharma. Tujuan gue balik ke Indonesia dan sekolah di HIS untuk mencari keberadaan Azri yang hilang tanpa kabar berbulan-bulan lamanya.” Ziva terisak kembali. Ia memalingkan wajahnya karena tak sanggup menatap Dharmendra yang kecewa. “Sampai sekarang keberadaannya nggak gue temui. Gue udah coba pergi ke rumahnya yang pernah dia kasih tahu gue, tapi ternyata itu bukan rumah dia. Yang katanya dia sekolah di HIS, ternyata dia juga bohong. Gue nggak nemuin keberadaan Azri, Dharma.”

Beberapa fakta itu cukup membuat hati Dharmendra kecewa. Selama ini ia merasa dibohongi oleh gadis yang ia suka saat pertama kali Ziva datang ke sekolah ini. Lantas, kenapa Ziva seolah-olah memberikan harapan kepada dirinya? Dharmendra seperti dipermainkan. Kedekatannya dengan Ziva ternyata hanya sebuah pelepas penat mencari seseorang yang Ziva cintai.

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang