26. Jari ke Empat

248 65 1
                                    

Happy Reading❤️

Mengakhiri atau bertahan?

Cassandra sudah memantapkan pilihannya di kata 'Mengakhiri.' Sudah tak ada lagi yang harus ia pertahankan di hubungannya yang salah ini. Karena banyak orang yang harus terluka karena pertunangannya dengan Dharmendra. Pun dirinya yang ikut tersiksa karena harus menjalani perjodohan karena tuntutan orang tua. Selama ini Cassandra sudah mengikuti kemauan sang ayah, sekarang waktunya Cassandra berontak dan menentukan hidupnya sendiri. Termasuk menentukan dengan siapa ia bersanding, kelak.

D

i sinilah Cassandra sekarang, di depan pintu markas Geng Calaveras untuk mengakhiri semuanya. Ia menghela napasnya berat, lalu dengan keberaniannya ia mengetuk pintu markas tersebut. Tak lama, seseorang membukakan pintu untuknya.

"Uwow, ada artis," ucap Noah terperangah takjub.

"Dharmendra-nya ada?"

Noah mengangguk dengan cepat. "A-ada. Ayo masuk."

"Makasih."

Cassandra mengikuti langkah Noah dari belakang. Langkahnya terhenti di sebuah ruang tengah yang terdapat banyak orang di sana. Mungkin mereka adalah anggota dari Geng Calaveras yang Dharmendra pimpin. Ia juga melihat Dharmendra yang tengah menyesap rokok di sofa berwarna grey. Cassandra meremas dress yang ia kenakan di saat banyak sepasang mata menatap ke arahnya dengan bibir yang terkatup-katup.

Dharmendra yang melihat tunangannya pun langsung mematikan rokoknya dan beranjak menghampiri Cassandra. Tumben sekali gadis itu dengan berani menghampiri dirinya ke markas Calaveras. Sepertinya akan ada perihal penting yang akan Cassandra sampaikan.

"Kenapa ke sini nggak bilang-bilang? Gue bisa jemput lo atau pun ke rumah lo. Lo nggak perlu ke sini, kalau sampai ada wartawan yang lihat lo gimana? Nanti reputasi lo jelek, Ca," tutur Dharmendra dengan beberapa rentetan pertanyaan.

"Widih ... dia siapa, An? Tunangan lo? Cantik banget gila ...." tanya Luis ikut takjub. Ternyata gadis itu lebih cantikkan aslinya dibandingkan di televisi.

"Dia Cassandra, tunangan gue."

Reandra beranjak berdiri saat adiknya memperkenalkan gadis di sampingnya. Ia tak percaya bahwa ternyata Dharmendra serius dengan pertunangan itu. Reandra kira, Dharmendra melakukan itu karena rasa frustrasinya tak mendapatkan Ziva. Tapi sekarang? Dengan lantang laki-laki itu memperkenalkan Cassandra dengan embel-embel tunangannya.

"Cantik banget, kulitnya putih kayak permen susunya Haviz." Haviz menatap Cassandra dengan lugu. "Tapi masih cantikan Ziva. Kok Andra sama cewek ini, sih? Ziva gimana?"

Marvin menggeram. Ia mencubit pinggang Haviz dengan gemas. Entah Haviz yang terlalu polos dan lugu, atau memang laki-laki terlalu bego? Entahlah.

"Goblok! Si Ziva itu pacarnya Reandra, lo lupa?" Haviz hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "An, ajak cewek lo duduk, gih. Masa mau berdiri terus."

Dharmendra mengajak Cassandra untuk duduk di sofa sana. Gadis itu terlihat canggung, apalagi saat salah satu temannya Dharmendra yang menyinggung tentang Ziva. Tapi ada satu hal yang membuat Cassandra bingung. Di saat salah satu dari mereka mengatakan, bahwa Ziva adalah pacar dari si pemilik nama Reandra.

Jujur, Cassandra bingung harus mengatakan ini atau tidak. Pasalnya ia berada di ruangan ini tidak berdua, melainkan ada banyak orang. Ia takut jika pembicaraan ini terdengar ketelinga mereka. Tapi apa boleh buat, Cassandra tidak memiliki waktu lagi.

"Gue mau ngomong sama lo, An. Penting."

"Ngomong aja."

Cassandra menggigit bibir bawahnya kecil-kecil. Ia melepaskan cincin tunangan itu, dan memberikannya kepada Dharmendra. "Gue nggak bisa lanjutin pertunangan ini, An. Hubungan kita ini salah."

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang