31. Teka-Teki

205 43 5
                                    

Hallo semua, apa kabar?

Udah 1 tahun kita tidak bertegur sapa di cerita Zivandra.

Ada yang kangen sama Geng Calaveras?

Sorry, Mak baru nengokin cerita ini. Mak baru inget soalnya hehe.

Happy Reading all 🤗

Permasalahan yang tak pernah ada habisnya membuat siapa pun yang terlibat akan merasa terus terancam. Seperti keluarga Athalla. Mereka baru saja mendapatkan sebuah teror yang mengatakan; Keluargamu akan hancur. Entah itu dari kalangan saingan bisnisnya, atau bisa jadi dari musuh bubuyutan Geng Diablo Mortal.

Ethan dan Evan terpaksa harus turun tangan untuk mewaspadai teror tersebut jika sewaktu-waktu ancaman itu akan mengenai salah satu anggota keluarganya, termasuk Ziva. Kini si kembar sudah berada di depan pintu apartemen milik sang adik. Ia memencet bel pintu itu, dan tak lama pintu apartemen tersebut terbuka.

Ziva melipatkan dahi saat melihat kedua abangnya ada di sini. Alih-alih menyambut dengan senyuman, Ziva justru malah menatap kedua abangnya dengan senyuman miring juga dagu yang diangkat setinggi lima sentimeter, menunjukkan keangkuhannya.

“Ada apa kalian ke sini?”

Ethan dan Evan tak menjawab. Justru ia malah menerobos masuk apartemen Ziva, yang membuat para gadis yang berada di dalam seketika berdiri menatap dua laki-laki itu.

“Abang apa-apaan, sih?! Ini apartemen Ziva, kalian nggak boleh seenaknya main trobos-trobos gitu aja!”

“Enggak ada waktu buat berdebat. Abang ke sini cuma minta sama kamu buat jauhin Geng Calaveras!” pinta Evan penuh penekanan.

Mawar berjalan mendekat. Ia berdiri di samping Ziva dengan kedua tangan yang dilipatkan di bawah dada. “Kenapa, ya, lo nyuruh Ziva buat jauhin Geng Calaveras terus? Oh gue tahu, biar geng lo itu nggak ada ancaman sama sekali. Iya, kan?”

Ethan tersenyum miring. “Geng lo itu bukan ancaman sama sekali buat kita. Tapi hal utama gue nyuruh Ziva buat jauhin Geng Calaveras, karena mereka udah berani neror keluarga gue.”

“Apa?! Neror? Neror apa, sih? Lagian nggak mungkin Geng Calaveras pake aksi teror-teror kayak gitu,” kata Aileen ikut nimbrung.

“Nih, buktinya.” Ethan memberikan surat ancaman itu kepada Ziva. Ziva segera membacanya, tapi justru ia malah tersenyum meremehkan. “Kenapa? Kamu nggak percaya? Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa tanya langsung sama bunda dan ayah. Kamu tahu, surat itu dilemparin gitu aja pake batu, sampe kaca rumah kita pecah. Bahkan, Bunda aja sampe syok.”

Tubuh Ziva menegang. Ia menatap mata Ethan begitu dalam, mencoba mencari kebohongan di mata jernih itu. Sayang, Ziva hanya menemukan keseriusan di wajah Ethan. Sebaliknya ia juga tidak menemukan kebohongan di wajah Evan. Akan tetapi, apa mungkin peneror itu adalah Geng Calaveras?

“Enggak, ini pasti bukan ulah Geng Calaveras. Ziva yakin itu. Mereka nggak mungkin sampe ngancam keluarga kita!” seru Ziva sangat yakin.

“Bisa-bisanya kamu masih ngebela mereka. Kalau bukan Geng Calaveras, terus siapa, hah?! Cuma mereka yang benci sama Abang!”

Ziva tak bisa berpikir lebih panjang. Ia juga ikut bingung, siapa dalang dibalik peneror itu. Apalagi harus melibatkan keluarganya.

Di saat pikiran Ziva terus bertengkar, lamunannya harus dihancurkan oleh sebuah panggilan masuk dari ponselnya. Ziva segera berjalan ke arah nakas—mengambil ponselnya—lalu mengangkat panggilan masuk itu.

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang