14. Resmi Bertunangan

335 58 0
                                    

Hubungan kita memang terikat, tapi jangan lupakan hati kita yang tak bertekad.

—Dharmendra Ezra Farzan—

28 januari 2022 | 00:26 WIB.

Hi, kalian baca part ini kapan? Jam berapa?

Jangan lupa loh, sebelum baca tinggalkan vote dulu biar gak lupa.

Satu lagi, tinggalkan komentar di setiap paragraf okey.

Kalem, kalem, meski cerita ini sepi pembaca, tapi cerita ini akan terus update sampai ending. Tenang, aku orangnya konsisten kok.

Sudah siap kita menyelam kembali?

Yok, let's go!!!!

┐(´д')┌

Diandra Zivana.
Dharma, lo gak usah cari gue. Gue aman, gue udah ada di rumah sekarang. Gue berhasil kabur dari mereka.

Pesan itu mampu membuat jantung Dharmendra seketika merasa lega bukan main. Setelah ia berkeliling sendiri mencari keberadaan Ziva dan berakhir di markas untuk meminta tolong terhadap anggotanya, namun ia sudah diberi kabar terlebih dahulu oleh sang empu.

“Kita tidak jadi cari Ziva. Dia udah aman di rumahnya,” ucap Dharmendra memberitahu.

“Seriusan? Kok bisa? Bukannya kata lo dia diculik sama Geng Diablo?” tanya Luis terheran.

“Ya, dia berhasil meleraikan diri,” jawab Dharmendra kembali.

“Syukurlah, lega gue dengernya.” Noah mengusap dadanya. “Terus, sekarang kita mau ngapain? Udah malem, nih, udah jam tujuh. Si Abah pasti nyariin gue,” lanjutnya dengan melirik arloji di tangan sebelah kiri.

“Kita balik. Gue juga ada urusan,” omong Dharmendra.

“Oke, deh. Cabut!”

Mereka semua memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Gara-gara terlalu cemas memikirkan Ziva, Dharmendra sampai lupa dengan urusannya. Sebentar lagi, Dharmendra harus bertemu dengan sang kakek tepatnya pada pukul delapan malam.

Dharmendra menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Pikirannya melalang buana memikirkan tentang penolakan yang diberikan oleh Ziva. Apalagi sekarang, ia harus mengikuti rencana yang sudah kakeknya susun. Membuat patah hati Dharmendra dua kali lipat sakitnya. Selama ini, kedekatannya ternyata hanya dianggap biasa saja. Ziva tak memiliki perasaan apa pun. Sial, malah Dharmendra yang terbawa perasaan.

Tak perlu memakan waktu lama, Dharmendra sudah sampai di apartemen miliknya. Ia segera bergegas untuk membersihkan diri, sebelum kakeknya menghubungi dan marah-marah.

Di sisi lain, ada seorang gadis yang tengah memandangi pantulan tubuhnya dengan balutan dress yang sangat indah. Ia terdiam sejenak, seulas senyuman itu harus berubah menjadi sendu kala ia mengingat tentang momen yang akan berlangsung beberapa saat lagi.

“Than, apa aku pantas dicintai? Sedangkan aku diam-diam mengkhianati kamu,” lirih Cassandra.

Pintu kamar itu terbuka. Menampakkan sang ayah yang tersenyum dan berjalan ke arahnya. “Putri Papa cantik sekali,” pujinya.

“Pa, apa Papa yakin sama keputusan Papa yang menjodohkan Caca dengan cucu teman bisnis Papa?” tanya Cassandra penuh ragu.

“Ya, Papa yakin. Dia orangnya baik, Papa yakin dia bisa membahagiakan kamu, Ca,” jawab Nichollas sangat mantap.

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang