27. Olimpiade

264 54 10
                                    

Happy Reading semua:)

Pagi ini Ziva sudah siap dengan seragamnya sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini Ziva sudah siap dengan seragamnya sekolahnya. Tak lupa juga dengan slayer berwarna hitam yang ia kenakan di leher sebagai ciri khas dirinya yang baru.

Ziva memasuki mobilnya bersama Mawar yang sudah terparkir di garasi. Siapa sangka, bahwa ternyata di luar gerbang sudah ada anggota inti Geng Phoenix yang sudah menunggunya sedari tadi.

“Selamat pagi Buk Ketu,” sapa mereka dengan senyuman yang paling ceria.

Ziva memutar bola matanya ke atas. “Lo semua ngapain pagi-pagi gini udah ada di depan rumah orang? Minta sumbangan?”

“Mau ngawal Buk Ketu, lah. Apa lagi, hmm?” jawab Axen. Ia kembali menyalakan mesin motor itu untuk bersiap mengawal Ziva sampai ke sekolahnya.

Ziva turun dari mobilnya. Ia menghampiri Brama yang hanya duduk anteng di kuda besinya berwarna merah. “Lo pake mobil gue sama Mawar. Gue pengen naik motor sendiri.”

“Lho, Ziv, kok gitu?” tukas Mawar protes.

“Diem jomblo! Udah, Brama lo sama Mawar sana. Siapa tahu lo bisa PDKT.” Brama turun dari kuda besinya secara paksa. Ia melangkah memasuki mobil gadis itu, menggantikan Ziva yang sudah duduk dengan siap dengan helm full face milik dirinya.

“Berangkat!”

Mobil Ferrari California T itu melaju lebih dulu di depan, di susul dengan motor-motor lainnya yang mengikuti mobil yang dikendarai oleh Brama. Untuk pertama kalinya, Ziva mengendarai motor besar menuju sekolah. Ini sangat menyenangkan, apalagi saat gerungan motor sama-sama saling bersahutan.

Ketika Ziva sampai di lampu merah, motornya harus berdampingan dengan motor milik Abangnya. Ziva tersenyum miring. Ia langsung membuka kaca helmnya, memperlihatkan bola matanya yang berwarna cokelat yang sangat indah. Hal itu langsung mengundang atensi pandangan Ethan pada manik cokelat itu. Sementara Evan, atensinya sudah lebih dulu fokus saat motornya berdampingan dengan mobil milik Ziva, yang ternyata di pakai oleh seorang laki-laki dan mantan kekasihnya, Mawar.

Mawar dengan sengaja melemparkan senyuman miring dan melambaikan tangannya seolah menyapa. Sedetik kemudian, Mawar dengan sengaja menyenderkan tubuhnya kepada Brama. Brama sempat terkejut, sampai pada akhirnya satu kedipan mata dari Mawar membuat Brama akhirnya menoleh ke samping dan paham akan situasinya. Ternyata ada kedua abangnya Ziva yang sama-sama tengah menunggu lampu merah berganti hijau.

“Jangan lupa makan yang banyak, karena cepat atau lambat kita akan berperang.” Ziva kembali menutup kaca helmnya setelah mengatakan hal itu kepada Ethan. Pun ia langsung melajukan kembali motornya sesaat lampu merah itu berganti menjadi hijau.

Ethan mengepalkan tangannya kuat-kuat pada setang motornya. Ia sempat terdiam beberapa saat mengatur gejolak amarah yang tak terkendali, tapi dari belakang berapa pengendara lain sudah mulai menglaksoni. Ethan tak ada pilihan lain selain melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Biarlah adik sombongnya itu bersenang-senang lebih dulu, sebelum Ethan berhasil membuat Ziva tunduk.

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang