22. Calaveras, Diablo Mortal, Phoenix

271 60 4
                                    

Hallo pecinta geng motor, kembali lagi dengan Makca.

Sudah siap mengenal lebih jauh kasus ketiga geng kali ini?

Ada yang mau tahu sejarah Geng Calaveras, Diablo Mortal, dan Phoenix?

Kalau ada yang mau, nanti tak di update. Kalau enda mau, ya, rapopo toh.

Vote and comment this chapter Bestie❤️

Happy Reading;)

Salam dari author cantik Ocha_Amsy16

┏(^0^)┛

Tiga hari setelah sekolah diliburkan, kini anggota inti Geng Calaveras harus memasuki ruang  bimbingan konseling (BK) untuk kasus kericuhan yang dilakukan antar sekolah SMA Jakarta Intercultural School. Pihak sekolah sudah memberikan putusan tegas untuk setiap murid yang terkena masalah. Pihak sekolah juga sudah mendiskusikan hal ini dengan pihak SMA Jakarta Intercultural School.

Pihak sekolah menegaskan dengan ini untuk membubarkan nama Calaveras yang sudah berkibar di SMA High International School. Hal itu menjadi pertentangan bagi seluruh anggota Calaveras, termasuk Dharmendra—sang ketua. Tidak ada yang boleh membubarkan nama Calaveras, kecuali kematian yang abadi.

Dharmendra menegaskan bahwa, “Sampai kapan pun Calaveras tidak akan pernah bubar! Siapa pun yang berani menyuruh membubarkan Calaveras, dia harus berhadapan dengan saya! Anda jual, saya beli!”

Itulah kalimat terakhir yang Dharmendra ucapkan sebelum ia pergi meninggalkan ruangan bimbingan konseling. Diikuti dengan anggotanya yang hanya tersenyum miring kepada pihak sekolah.

Ancaman Dharmendra tak pernah main-main. Ia akan terus menyelamatkan nama Calaveras bagaimana pun caranya. Apalagi, kasus ini terjadi karena ulah dirinya. Dharmendra tak akan lari dari masalah, ia justru mempertanggungjawabkan ratusan anggotanya untuk tetap berdiri. Termasuk mencari keberadaan Ziva yang masih belum ditemukan keberadaannya.

Tak ada yang mengetahui posisi Ziva selain Mawar. Gadis itu masih membungkam mulut seolah-olah ia tidak tahu dan ikut serta dalam pencarian itu.

“Ar, terakhir sebelum Ziva menghilang, bukannya lo sama dia pergi?” tanya Aileen. Ia ingat saat di mana ia dan murid-murid lain berada di salah satu ruangan untuk bersembunyi menyelamatkan diri, namun saat itu Ziva dan Mawar malah keluar ruangan dengan tampang terburu-buru.

“Lagian si Ziva hilang itu karena karmanya sendiri kali. Dia, kan, diem-diem jadi pengkhianat di Calaveras. Termasuk mengkhianati kita,” cibir Lavanya sinis.

Mawar melipatkan kedua tangannya di bawah dada. “Ziva bukan pengkhianat seperti orang-orang pikirkan.” Lavanya menaikkan satu alisnya. “Gue akan ceritain semuanya sama kalian, asal kalian mau tutup mulut.”

“Okey, apa?”  

Mawar menceritakan semua dari awal hingga akhir kepada kedua sahabatnya. Mereka yang hanya menyimak merasa bersalah atas kelakuan yang mereka berikan kepada Ziva. Mereka sudah salah paham, bahkan mereka sendiri tidak menyadari tentang kebaikan yang Ziva berikan kepadanya hanya karena satu kesalahan.

“Gue mau ketemu Ziva, Mawar. Plis, ajak gue sama Aileen. Gue janji, gue nggak akan kasih tahu siapa-siapa,” ucap Lavanya memohon.

“Okey. Pulang sekolah kita temui Ziva.”

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang