21. Phoenix

300 62 2
                                    

Apa pun akan kumaafkan, kecuali perselingkuhan.

—Ethan Alvaro Atthalariksa

Vote and comment this chapter, Bestie ❤️

Ada yang kangen nggak sama cerita ini?

Mana nih, yang lama nunggu cerita ini update?

Absen dulu, kuy!!!!

Kalian tim mana?

1. Dharmendra?

2. Reandra?

3. Raja?

Yuk, yuk, di pilih kapalnya 🤗

Happy reading, guys!!!

乁( •_• )ㄏ

Cakrawala pagi ini di penuhi oleh gelak tawa segerombolan laki-laki yang tengah berkumpul di ruang tengah. Mereka semua menertawakan Ziva yang berdiri dengan bibir cemberut karena pakaian yang ia kenakan kebesaran di tubuhnya. Bagaimana tidak, Ziva sekarang memakai kaus polos hitam, juga celana trening milik Axen. Sial, ini semua gara-gara ia yang kabur tanpa persiapan, sampai ia tak memiliki baju ganti satu pun.

“Sumpah, lo kayak orang kelelep, Ziv,” ledek Candra yang tak henti-hentinya meledakkan tawanya.

Bahu Ziva jatuh. Ia memandangi Axen dengan memelas. “Axen ... enggak ada baju lain, apa? Gue kayak tukang kuli bangunan.”

“Hahahaha.” Lagi dan lagi, mereka semua menertawakan Ziva yang secara tidak langsung gadis itu mengakui dirinya seperti seorang tukang.

“Selamat pagi, guys ....” Tawa mereka seketika terhenti, saat seorang gadis menyapanya dengan membawa dua paper bag di tangannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah Ziva yang tengah cemberut. Ia melihat Ziva dari ujung kaki hingga kepala. Membuat ia tidak bisa menahan tawannya.

Puffttt ... Ini dapet gembel dari mana, sih? Hahaha ... lebih baik lo ganti baju, deh, Ziv. Nih, kebetulan gue bawa baju ganti buat lo,” ujar Mawar memberikan satu paper bag pada Ziva.

“Sebenernya gue marah sama lo, ya, karena udah ngatain gue gembel. Cuma berhubung lo bawa baju ganti buat gue, kesalahan lo ter maafkan.” Ziva mengulas senyuman. Lalu beranjak untuk ganti baju.

Mawar yang masih berdiri canggung di persilakan duduk oleh anggota Phoenix. Tak lupa, Mawar juga memberikan satu paper bag kepada mereka yang berisi makanan yang sempat ia beli. Tentu saja, mereka menerimanya dengan sangat antusias. Kebetulan sekali, kan, mereka juga belum sarapan apa pun. Rezeki anak Soleh memang.

Ziva yang kembali setelah mengganti baju, ia langsung ikut bergabung dan menyambar satu makanan yang tergeletak di meja. Ziva memang sangat tidak tahu malu. Ia benar-benar tidak bisa jaga imagenya sendiri. Persetanlah, yang penting perutnya kenyang.

Setelah acara sarapan itu selesai, mereka tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Mawar. Mereka juga kembali dengan aktivitasnya, yang sebenarnya ada satu hal yang ingin mereka bicarakan kepada Ziva, penting.

“Ar, Abang gue nyariin, nggak? Atau datang ke rumah lo gitu?” tanya Ziva pada Mawar.

Mawar menghela napas, lalu mengangguk mengiyakan. Kemarin, setelah Brama mengantarkannya pulang, tak lama sebuah motor berhenti di depan gerbangnya. Mawar yang berniat memasuki rumah, harus mengurungkan niatnya setelah Evan berdiri di hadapannya.

ZIVANDRA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang