“Lupakan hal yang menyakiti mu, tinggalkan hal yang menyiksa mu. Kau juga berhak bahagia!!”
_Revanza Arfandy Bratadikara
09- Gilang yang terlupakan
"BUKAN URUSAN LO!!" Gilang menjawab disela sela larinya.
"Bukan temen gue sumpah" arbi menggelengkan kepalanya saat Revan menoleh ke arahnya.
Kemudian mereka berjalan memasuki rumah revan. Saat berada di teras rumah revan melihat Gilang berdiri diambang pintu dengan ekspresi terkejut sangat terlihat di wajahnya.
"Kenapa Lo?" Revan mengernyitkan keningnya seraya menoleh ke arah Gilang
"Ini rumah apa istana Van? Bagus banget woilahh!!!!"
"Angkat gue jadi adik Lo Van" Gilang menatap sendu revan sembari mengangkat sebelah tangan Revan
"Nggak . Apaan Lo" dengan segera Revan menepis tangan Gilang , ia menatap malas sahabatnya itu
"Dasar norak!" Sentak Arbi
"Jahat Lo bi" Gilang menekuk wajahnya
"Eh anjir gausah gitu mukanya! Eneg gue liatnya" arbi mengusap kasar wajah Gilang.
"Tangan Lo bau terasi!! huekk" hilang menirukan gaya seseorang yang sedang muntah.
"Sembarangan Lo!" Arbi mencubit keras lengan Gilang. Akibatnya dia menjerit kesakitan
"Argghh!!!" Jeritnya , sementara Revan dan arbi hanya tertawa terbahak-bahak.
"Pedes banget cubitan Lo setan! Mirip cubitan cewek! Apa jangan jangan lo─" belum sempat melanjutkan perkataannya , Gilang melihat ekspresi wajah Arbi yang sangat menakutkan. Akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perkataannya itu.
"Nggak deh nggak jadi hehe" Gilang tertawa kecil
"Yaudah ayo masuk" Revan berjalan mendahului mereka berdua.
Mereka melangkahkan kakinya memasuki kediaman Revan. Arbi dan Gilang menatap kagum ruangan sekelilingnya. Bagaimana tidak , ruangan itu bernuansa barat yang terdapat banyak Kilauan emas dari barang barang kuno milik kakek Revan.
"Duduk" Revan mempersilahkan temannya saat mereka sudah sampai di ruang tamu.
Dengan serempak arbi dan Gilang mendudukkan bokongnya di sofa besar milik Revan.
"Gila Van! Rumah lo gede banget anjir!!" Ucap Gilang sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu.
"Gue tebak pasti belinya pake salah satu blackcard Lo" lanjutnya seraya tersenyum kecil
"Sok tau Lo!" Arbi menatap tajam kearah Gilang
"Apaan sih gue lagi ngomong sama Revan ya bukan sama Lo!" Sentaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Fiksi Remaja"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...