“Terlalu takut melihat kulit mu terluka karena ulah orang lain hingga tak sadar bahwa ternyata aku sendiri yang justru melukai mu sangat dalam hingga menyebabkan luka yang tidak bisa dimaafkan”
_Revanza Arfandy Bratadikara
33- Kebodohan Revan
Suara decitan brankar dan Isak tangis Revan kini menggema di seluruh koridor rumah sakit. Banyak pasang mata menatap mereka dengan iba. Bagaimana tidak? Sedari tadi tangan Revan terus menggenggam erat tangan Salsa yang dipenuhi dengan darah tanpa merasa jijik ataupun merasa mual karena banyaknya cairan merah kental yang keluar dari tubuh Salsa.
"Bertahan Sa, gue nggak mau kehilangan Lo" sepanjang perjalanan Revan terus meracau dengan tatapan mata tak lepas dari wajah Salsa.
"Lo harus kuat Sa... Lo harus bisa. Gue nggak bisa ngeliat Lo kaya gini. Mana senyum manis Lo itu? Mana raut wajah gembira yang selalu terpasang di wajah cantik Lo ini? Gue kangen itu semua Sa, gue kangen Lo" ucap Revan dengan lirih. Hidupnya seakan hancur saat melihat orang yang dia sayangi kini harus masuk kembali ke rumah sakit dengan luka yang sangat amat parah.
Tangan Revan terangkat mengelus wajah penuh darah milik Salsa. Ia tersenyum pilu, hatinya sakit, sangat sakit melihat wajah yang biasanya terlihat putih bersih kini berubah menjadi wajah yang tampak kotor karena banyaknya darah yang keluar dari kepalanya.
"Gue sayang sama Lo Sa, gue nggak mau kehilangan Lo. Janji sama gue Lo harus bertahan" batin Revan seraya mengecup kening Salsa dengan lembut.
"Bertahan Sa, jangan tinggalin gue. Gue bener-bener nggak sanggup kalau harus kehilangan Lo" air mata Revan tak berhenti menetes. Kini kondisi Revan juga sangat memilukan dengan wajah yang basah dan terdapat sedikit bercak darah milik Salsa, mata yang memerah, rambut acak-acakan, dan banyak sekali noda merah di bajunya.
Isak tangis Revan pecah saat Salsa hendak dimasukkan ke dalam ruang UGD untuk segera ditangani. Rasanya dia tidak ingin berpisah dengan Salsa. Dia sangat ingin berada di samping gadis itu sekarang karena bagaimanapun Salsa begini juga gara-gara Revan.
Pintu UGD tertutup rapat, hanya menyisakan dirinya di luar ruangan. Tubuh Revan merosot ke lantai seakan tak sanggup lagi untuk berdiri. Dia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut yang tertekuk.
"Maafin gue Sa, gue gagal jagain Lo, gue gagal lindungi Lo, gue nggak nepatin janji gue ke Lo" Revan menangis. Dia merasa sangat tidak berguna sekarang.
"Lo bodoh Van! Lo bodoh Revanza!! Kenapa Lo turutin kemauan iblis itu hah?!! Argh!!" Revan memukuli dirinya sendiri membuat orang-orang yang melihat itu sedikit ketakutan.
"Lo bodoh Revan.... Harusnya Lo bisa lindungi dia bukan malah buat dia celaka..." Revan menarik rambutnya dengan kuat rasanya dia tidak sanggup untuk hidup lagi sekarang.
Revan mengatur emosinya, bagaimanapun dia harus berpositif thinking terhadap kondisi Salsa. Tiba-tiba pikirannya tertuju kepada Tama dan Erin, dia harus mengabari orang tua Salsa secepatnya. Ia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya.
"H-halo Om, saya cuma mau mengabarkan bahwa Salsa mengalami kecelakaan dan sekarang dia di bawa ke Algrastian's hospital" Ucap Revan dengan suara bergetar.
Deg!
Jantung Tama seakan berhenti begitu saja, tubuhnya melemas bersamaan dengan itu handphonenya terjatuh dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Genç Kurgu"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...