“Seseorang yang sudah terbiasa terluka, itu bukan lagi hal baru dalam hidupnya. Dia menjadi terbiasa karena dia tahu, seperti itulah perjalanan hidup”
_Revanza Arfandy Bratadikara
07- Revan munafik
"Ternyata susah ya.. menyembunyikan luka dengan senyuman" Revan melemparkan batu ke arah danau itu.
"KAPAN GUE BISA BAHAGIA HAH?!!!"
"GUE CUMAN PENGEN BAHAGIA KAYAK YANG LAIN!! APA ITU SALAH??!!" Ucapnya dengan nada tinggi
"MEREKA BISA BAHAGIA. KENAPA GUE NGGAK??!!"
Revan mengatur nafasnya kembali. Emosinya saat ini sedang tidak terkontrol. Amarah nya telah ia salurkan melalui teriakan teriakannya.
"Gue cuma pengen bahagia. Nggak lebih , kalo kebahagiaan itu nggak datang sendiri gue yang akan cari kebahagiaan itu" Ucapnya setelah berdiri dari duduknya
Kemudian revan melenggang pergi meninggalkan danau itu. Ia merasa sudah cukup tenang semua masalah yang ada dibenaknya ia keluarkan tadi.
Hujan telah berhenti , meninggalkan bekas air yang tertinggal di jalanan. Mendung Masih menghiasi langit. Angin berhembus menerpa tubuh Revan yang terbalut jaket jeans hitamnya.
Revan mencari pedagang makanan disekitar jalan. Ia sangat lapar , dari tadi pagi dia tidak memakan apapun.
Walaupun revan merupakan anak orang kaya akan tetapi dia lebih nyaman dan makan di pinggir jalan. Bukannya pelit pada diri sendiri , akan tetapi menurutnya makan di pinggir jalan itu sangatlah nikmat.
Sesekali Revan menoleh mencari keberadaan pedagang makanan , namun ia tidak menemukan nya. Bajunya sedikit kering karena terus terkena angin yang berhembus.
Revan terus melajukan motornya , setelah mencari cukup lama akhirnya dia bertemu penjual mie ayam dijalan. Dengan segera revan mendekat ke arah penjual itu menepikan motornya di depan gerobak mie ayam tersebut.
"Mang mie ayam satu sama es teh nya ya" ucapnya sembari melepas helm fullface nya
"Siap mas" penjual itu merasa senang , karena Revan lah pembeli pertama setelah berjam-jam ia berkeliling menjual mie ayam nya itu.
"Duduk dulu mas" ucapnya seraya menurunkan bangku plastik dari atas gerobaknya.
"Iya mang"
Revan memainkannya jari jarinya sembari menunggu pesanannya.
"Mas nya kenapa kok lebam gitu wajahnya" tanya penjual itu setelah melihat wajah revan.
"Biasa mang... Anak laki hahaha" Revan tertawa kecil
"Oh gitu . Jangan keseringan berantem mas , nanti badannya sakit semua Lo" penjual itu tersenyum
"Iya mang hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Novela Juvenil"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...