“Keluarga yang harusnya memberi kehangatan mengapa harus menorehkan luka yang tak bisa dimaafkan?”
—Revanza Arfandy
49- Kembali dihancurkan kenyataan
"Saya masih bisa menahan emosi waktu itu. Tapi lagi-lagi ayah kamu berulah bahkan ini yang paling tidak bisa saya maafkan. Dia sudah menabrak Salsa saat berada di depan Green live resto. Kamu ingat kejadian itu kan? Itu pelakunya ayah kamu sendiri." Tanpa disadari sepanjang Tama bercerita tangannya terkepal sangking emosinya.
"Jangan asal bicara Om! Papah saya memang jahat, tapi saya yakin dia masih punya hati. Dan dia nggak mungkin tega mencelakai seseorang apalagi perempuan" bantah Revan tak terima.
"Tapi itu kenyataannya Revan! Fero sudah mengikuti kamu sampai di Green Live Cafe waktu itu. Dia memata-matai kamu dan Nabilla malam itu sampai akhirnya Salsa datang dan kamu mengejarnya. Fero sangat marah! Dia sudah kehilangan akal sampai-sampai melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata menuju ketempat dimana Salsa berdiri saat itu." Tama menjelaskan semua yang anak buahnya sampaikan kepadanya.
Saat mendengar perkataan sang ayah, Salsa mencoba mengingat semuanya kembali. Bukannya mengingat, justru kepalanya mendadak sangat sakit. Salsa memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing. Perlahan, beberapa ingatan random kembali berputar di otaknya.
"Gue benci Lo! Gue benci orang-orang yang sok peduli sama gue! Gue benci Lo gara-gara selalu ikut campur sama semua masalah gue. Satu hal yang gue sesali dalam hidup gue adalah ketemu sama Lo Salsa Shevilla Gautama!!"
"Gue nggak berubah! Ini sifat asli gue. Kenapa, Lo kaget? Selama ini gue cuma drama di depan Lo! Dan, yah gue berhasil bikin Lo masuk ke perangkap gue hahaha"
"Hidup Lo terlalu nyusahin gue tau nggak sih? Manja banget jadi cewek! Sekali-kali berusaha sendiri kek nggak usah ganggu urusan orang lain."
"Lo nggak sadar diri?! Lo itu nyusahin! Lo itu biang masalah buat gue! Dan Lo juga selalu ganggu hidup gue! Gue muak Sa, gue muak sama kelakuan Lo yang childish itu! Gue muak sama sikap sok perhatian Lo! Dan gue bener-bener nyesel sih udah kenal sama Lo"
"Salsa tungguin gue!!!"
"Sa dengerin semua penjelasan gue dulu!!"
"Salsa awas!!!!"
BRAK!!
"Arghhh!!!" Jerit Salsa saat sakit di kepalanya sudah tak tertahankan. Dia meremas rambutnya kuat berharap rasa sakit itu bisa meredam. Tapi nihil, rasa sakit itu justru semakin bertambah.
Ketiga laki-laki yang ada disana kompak menoleh ke arah Salsa yang masih mengerang kesakitan. Mereka berniat membantu akan tetapi Salsa justru menolak didekati oleh ketiganya.
"Menjauh!" Sentak Salsa saat melihat Revan yang hendak mendekatinya.
Tama memegang pundak Salsa dengan khawatir. Tapi tangan Tama langsung ditepis dengan kasar oleh Salsa. "Jangan dekati aku, Dad" peringat Salsa dengan dingin.
"Arghh!!!" Salsa kembali mengerang kesakitan. Sungguh, rasanya kepalanya akan pecah saat ini juga.
"Salsa, Lo kenapa?!" Arbi yang panik langsung menghampiri Salsa yang masih duduk di kursinya sendiri.
"Don't come any closer! Jauhi gue!!" Desis Salsa.
Perlahan sakit dikepalanya telah reda. Ia mendongak menatap wajah Tama, Revan dan Arbi secara bergiliran. Rasanya dia sangat kecewa kepada ketiga lelaki didepannya ini. Dia sekarang merasa sangat bodoh karena telah dibohongi oleh orang terdekat yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Teen Fiction"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...