“Sekeras apapun usaha gue kalau memang kita nggak ditakdirkan bersama semuanya bakalan sia-sia. Mungkin Tuhan memang nggak mau ngeliat kita bersama. Kalau udah kayak gitu, gue bisa apa?”
—Revanza Arfandy Bratadikara
55- Revanza bukan Marvenzo
D'story cafe 09.00
Pagi ini Revan dan teman-temannya sedang berada di cafe sederhana tempat mereka nongkrong biasanya. Tadi sekitaran jam 08.00 pagi teman-temannya sudah berada di rumahnya. Mereka berdua terus memaksa agar Revan ikut berkumpul untuk sekedar bercerita atau paling tidak meluangkan waktu bersama.
"Hah demi apa, Salsa dijodohin?!!!" Pekik Gilang terkejut bukan main saat Arbi sedang menjelaskan kepadanya.
Mendengar suara keras Gilang membuat Arbi dan Revan refleks menutup telinga mereka. "Dasar lebay!" Sarkas Arbi.
"Gila! Kok bisa dia dijodohin? Selama ini kayak adem ayem aja," ucap Gilang terheran-heran. Arbi hanya mengedikkan bahunya acuh. Ia lebih memilih untuk menyeruput minumannya yang tadi dia pesan.
Tatapan Gilang beralih menatap Revan yang masih fokus dengan handphonenya. "Lo tau tentang ini?" Tanya Gilang.
Revan mengangguk singkat. "Iya gue tau," sahutnya.
"Dia dijodohin sama siapa kalau gue boleh tau?" Gilang kembali bertanya kepada Revan.
"Marvenzo Erlangga Dirgantawijaya. Anak pengacara hebat di Indonesia. Kalau kayak gitu gue bisa apa? Udah jelas kalah gue mah." Revan terkekeh miris setelah mengatakan itu.
"Marven? Lo kenal dia, Bi? Secara Lo kan yang pertama kasih tau kita tentang info itu."
Uhuk!
Seketika Arbi terbatuk mendengar pertanyaan dari Gilang. Ia menatap wajah kedua temannya secara bergiliran. Seketika muncul perasaan bersalah, cemas dan rasa takut didalam hati Arbi.
Tatapan Revan juga kini tertuju kepada Arbi. Mereka berdua diam sembari mengamati wajah Arbi seakan menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutnya.
"Lo tau Marven?" Gilang mengulang kembali pertanyaannya.
Arbi menelan salivannya dengan susah payah. Pergantian raut wajah Arbi tercetak jelas disana. "Lo sekarang lagi cosplay jadi wartawan atau detektif? Kepo banget jadi orang."
"Lo beneran tau dia atau nggak, Bi? Soalnya kan Lo yang pertama kasih tau gue tentang itu. Nggak mungkin juga Lo suruh orang buat mata-matain seluruh pergerakan Salsa dan papahnya. Lo pasti tau sesuatu kan, Bi?" Tanya Revan dengan tatapan mengintimidasi.
"Kenapa Lo bisa seyakin itu kalau gue tau sesuatu?" Tanya Arbi.
"Kenapa gue bisa seyakin ini? Karena gue pikir Lo pasti nggak akan kasih info tanpa ada sumbernya. Apalagi Lo tau kapan waktu pertunangannya, gue yakin Lo pasti tau sesuatu tentang ini" terang Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Teen Fiction"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...