"Semesta, caramu memisahkan kami begitu menyakitkan. Mengapa harus ada perpisahan diantara kita? Padahal, kita sendiri belum sempat memulai semuanya"
_Revanza Arfandy Bratadikara
41- Merindukan sosok seperti dirinya
Revan dan teman-temannya sedang menikmati makanan yang mereka pesan dikantin. Mereka memakan makanannya sembari bercanda. Sesekali mereka tertawa terbahak-bahak secara bersamaan.
Keadaan masih begitu menyenangkan sampai akhirnya tiba-tiba saja Nabilla duduk dikursi yang berada disebelah Revan.
Mereka semua menatap tidak suka ke arah Nabilla. Bisa-bisanya dia sangat percaya diri untuk duduk disebelah Revan setelah mereka menceramahi bahkan memarahi dirinya pagi tadi.
"Ngapain Lo disini? Ini tempat punya gue, Revan sama Arbi! Lebih baik Lo pergi dari sini" usir Gilang dengan mulut yang masih mengunyah makanannya.
"Gue nggak akan pergi dari sini. Gue pengen Deket sama Revan" Nabilla menyenderkan kepalanya di bahu milik Revan.
Dengan cepat Revan mendorong kepala Nabilla lumayan keras agar gadis itu tak menyenderkan kepala di tubuhnya.
"Kamu kenapa? Masih marah sama aku?" Tanya Nabilla dengan mata yang berkaca-kaca.
"Nggak tau diri banget jadi orang" sindir Arbi seraya menyeruput jus jeruknya.
"Bisa nggak sih sehari aja kalian nggak ikut campur sama urusan gue? Emang gue salah apa sampai kalian segitunya banget sama gue?" Nabilla menatap mereka bergiliran.
"Lo tanya salah Lo apa? Ck! Bener-bener nggak sadar diri." Gilang berdecak mendengar pertanyaan Nabilla.
"Oke, kalau gue ada salah sama kalian gue minta maaf. Tapi tolong jangan ganggu gue" ucap Nabilla.
"Ganggu Lo? Eh Maemunah! Yang ada Lo yang ganggu kita!!" celetuk Gilang.
"Apa yang dia bilang bener, yang selama ini ganggu kita itu Lo Bil bukan malah sebaliknya" Arbi tersenyum miring seraya menggelengkan-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Sebegitu nggak sukanya kalian sama gue? Sampai-sampai apa yang gue lakuin salah semua Dimata kalian" suara Nabilla terdengar bergetar.
"IYA! APA YANG LO LAKUIN EMANG SELALU SALAH! PUAS LO?!" Gilang menatap tajam ke arah Nabilla.
"K-kenapa kalian jahat sama gue?" Bulir bening mulai keluar dari pelupuk mata Nabilla.
"Kita jahat? Lo yang jahat bangsat! Lo selalu paksa Revan buat mau jadi milik Lo. Apa itu nggak jahat namanya?!" Sentak Arbi membuat air mata Nabilla semakin mengalir dengan deras.
"Re-revan temen-temen Lo jahat sama gue hiks .... hiks ...." ucap Nabilla dengan sedikit terbata-bata. Ia menangis sesenggukan, kemudian memeluk tubuh Revan erat.
"Lepasin" ucap Revan dengan dingin.
"Nggak, gue butuh Lo Van. Gue butuh pelukan Lo" sahut Nabilla dengan suara parau.
"Buset, Queen drama beraksi" Gilang tersenyum menyeringai. Ia merasa mual saat melihat akting Queen drama didepannya ini.
"Nggak usah jadi yang paling tersakiti disini. Muak tau nggak sih gue liatnya" Gilang membuang arah pandangannya dari yang semula menatap Nabilla kini beralih menatap sekeliling kantin.
Nabilla semakin terisak, dia mendongak menatap Revan dengan tatapan sendu. "Revan .... Liat mereka! Kenapa mereka jahat banget sama gue sih? Gue salah apa sama mereka? Hiks ... Hiks ....." Nabilla semakin mengeratkan pelukannya kepada Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Novela Juvenil"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...