29- SALAH MENARUH RASA

471 36 15
                                    

Jika ditanya "apakah keinginan ku sekarang?" Jawabannya sederhana aku hanya ingin menjalani hidup tanpa harus merasakan tekanan dari mereka yang selalu menekan ku dalam berbagai hal, singkatnya aku hanya ingin hidup tenang tanpa paksaan ataupun tekanan”

_Revanza Arfandy Bratadikara

29- Salah menaruh rasa

Salsa berjalan menyusuri koridor sekolah dengan ekspresi wajah ceria nya. Gadis itu selalu tersenyum ketika melihat siswi-siswi yang melintas di sampingnya. Sekolah masih cukup sepi mungkin karena masih pukul 06:00 pagi.

Langkahnya terhenti ketika melihat sosok Nabilla yang sedang berjalan mendekatinya. "Nabilla.... Nabilla ternyata sifat Lo kaya iblis ya? Nggak nyangka gue. Sampai segitunya siksa gue gara-gara Deket sama Revan" Salsa menatapnya nyalang.

"Baru tau Lo? Nggak kapok apa udah gue bikin babak belur masih aja deketin Revan" sahut Nabilla Dengan entengnya.

"Iya sih Lo berhasil bikin gue babak belur tapi itu gara-gara Lo serang gue dari belakang coba Lo serang gue dari depan gue pastiin yang ada di rumah sakit kemarin bukan gue tapi Lo" Ucapan Salsa mampu membuat Nabilla tertegun.

"Gue rasa julukan nenek lampir nggak cocok buat Lo. Panggilan iblis lebih cocok deh kayaknya" Salsa tersenyum miring ke arahnya. Setelah mengetahui bahwa Nabilla adalah pelaku yang mengunci dan menganiaya dirinya di toilet rasa pedulinya kepada Nabilla hilang begitu saja. Rasanya ingin sekali melempari wajah sok berkuasa nya menggunakan sepatu. Entah kenapa dia menjadi tak bisa menahan emosi serta ucapannya jika berurusan dengan Nabilla.

"Berani-beraninya Lo hina gue! Dasar nggak tau diri! jalang! cewek murahan!" Sentak Nabilla dengan wajah yang memerah.

"Siapa yang lo sebut jalang sama cewek murahan?" Salsa mengangkat sebelah alisnya.

"Lo bangsat!" Sarkasnya.

"Gue kira lagi ngomongin diri sendiri" setelah mengatakan itu Salsa melenggang pergi meninggalkan Nabilla yang masih mengumpati dirinya.

Salsa berhenti tepat di depan pintu kelasnya kemudian ia membukanya secara perlahan. Salsa mengedarkan pandangannya ternyata kelas masih sepi hanya terdapat beberapa tas yang diletakkan di meja oleh pemiliknya. Netra nya berhenti tepat di meja Revan, laki-laki itu terlihat sedang menidurkan kepalanya di atas meja.

Salsa berjalan mendekati mejanya kemudian ia menepuk pundak Revan pelan "Van, Lo tidur?" Tanya Salsa dengan perlahan.

Revan mendongak menatap gadis yang ada didepannya seraya tersenyum manis "Nggak, gue nggak tidur kok" sahutnya.

"Oh iya ikut gue ke taman belakang sekolah yok?" Revan menatapnya dengan tatapan memohon.

"Mau ngapain?" Salsa mengernyitkan keningnya.

"Ikut aja" Salsa hanya menganggukkan kepalanya paham. Dia menaruh tas di mejanya kemudian pergi bersama Revan menuju taman belakang sekolah.

Sesampainya di taman, mereka berdua duduk di kursi panjang yang telah disediakan disana. Tapi, alangkah terkejutnya Salsa ketika Revan malah tidur dan menggunakan paha nya sebagai bantal.

"Eh Van jangan─" ucapan Salsa terpotong ketika jari telunjuk Revan menyentuh bibirnya.

"Tolong biarin sekali aja, gue lagi banyak pikiran sa. Gue capek pengen istirahat disini sebentar" ucap Revan dengan mata yang tertutup. Sementara Salsa hanya mengangguk paham dia tidak ingin menganggu Revan saat ini.

Entah mengapa jika bersama Salsa ia merasa tenang, sangat tenang. Revan menikmati sejuknya udara yang menerpa wajahnya, sesekali ia mengelus punggung tangan Salsa yang berada di genggaman nya. Dahi Salsa berkerut, tak biasanya Revan berperilaku aneh seperti ini.

REVANZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang