"Terlalu banyak berharap sampai tidak tau harapan mana yang bisa direngkuh. Banyak rasa khawatir yang muncul saat semua terasa sedang tidak baik-baik saja"
_Revanza Arfandy Bratadikara
43- Dia Stella bukan Salsa
Revan berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan tangan yang sengaja ia masukkan ke dalam saku celananya. Dengan santainya dia berjalan melewati sekumpulan 'penggemar' yang sebagian besar atau bahkan seluruhnya adalah para wanita.
"Kak Revan ganteng banget si!! Sabi kali nomer WhatsApp nya" teriak salah satu siswi berseragam ketat, cabe-cabean memang.
"Ikan hiu makan garpu, i love you mas gantengku!!" Suara melengking itu berasal dari gadis ber-nametag Dina.
"Stres" sarkas Revan seraya menatap nyalang ke arah mereka semua. Kemudian ia mengambil kacamata hitam yang berada disaku jaketnya dan memakai kacamata itu dengan santai
Tindakan Revan membuat para gadis itu berteriak histeris.
"ANJIR DAMAGE NYA WOI!"
"Keren banget calon pacar gue!!"
"Jangan ngaku-ngaku Lo semua! Dia itu pacar gue tau" ucap salah satu siswi seraya mengangkat dagunya bangga.
"Lah Lo siapa anjir? Kenal juga enggak" balas Revan dengan ketus. Sontak mereka semua tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Revan.
"Kalau mau kenalan bilang aja kak jangan malu-malu. Oh iya, kenalin gue Zera dari kelas XI IPS 4" ucap Zera seraya menyodorkan tangannya tepat dihadapan Revan.
Revan hanya menatap tangan itu tanpa berniat membalasnya. "Siapa juga yang mau kenalan sama Lo." Setelah mengatakan itu Revan melenggang pergi meninggalkan mereka semua.
Revan memasuki kelasnya dengan wajah datar. Kelasnya kini telah ramai karena bel masuk juga sebentar lagi akan berbunyi untung saja dia tidak telat tadi.
Gilang berjalan menghampiri Revan. "Woi bro! Kemana aja Lo kemarin? Enak banget ya bolos sekolah nggak ngajak-ngajak kita" ucapnya seraya merangkul pundak Revan.
Arbi melirik Gilang sekilas. "Ck nggak jelas! Jangan dengerin dia Van" pintanya.
"Dia kenapa sih?" Tanya Revan kepada Arbi.
"Biasa, obatnya habis belum beli lagi" sahut Arbi dengan wajah datarnya.
"Anjir! Lo pikir gue sakit? Ya nggak lah, gue sehat terus asal Lo tau, jadi nggak perlu yang namanya obat-obatan. Gue itu paling anti sama obat apalagi obat-obatan terlarang, iuhh nggak banget" Gilang menyunggingkan senyuman bangga.
"Nice Lang, tapi yang gue maksud Lo bukan penyakitan tapi gila" ucap Arbi.
"Anjing Lo!" Umpat Gilang seraya menatap tajam ke arah Arbi.
Revan menatap wajah mereka bergiliran, sedari tadi dia hanya terdiam menyimak pembicaraan mereka dengan beban pikiran yang belum bisa terselesaikan.
Rasanya ingin sekali menceritakan kejadian kemarin kepada mereka berdua dengan maksud agar dia bisa menemukan titik terang tentang siapa gadis itu sebenarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/289225497-288-k309682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Ficção Adolescente"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...