30- SEMUANYA TELAH BERUBAH

415 31 13
                                    

Semuanya cepat berlalu ya? Kemarin kau buat aku seperti seseorang yang paling berharga dalam hidupmu, tapi sekarang kau bahkan membentak dan menyuruh ku untuk pergi. Secepat itukah perubahan mu?

_Salsa Shevilla Gautama

30- Semuanya telah berubah

"Gue salah, salah karena punya rasa yang lebih ke Lo Van"

"Tapi gue bukan robot yang nggak bisa punya perasaan setelah semua perlakuan manis Lo ke gue Van!!" Nada bicara Salsa naik satu oktaf. Benar, dirinya bukan robot yang tidak bisa mempunyai perasaan lebih kepada seseorang, dirinya bukan robot yang hanya diam saja ketika seseorang memperlakukannya begitu manis. Dia hanya perempuan biasa yang selalu terbawa perasaan! Bukankah kebanyakan perempuan seperti itu?

"Kenapa Lo selalu bius gue pakai semua kata-kata romantis Lo Van kalau Akhirnya Lo sama orang lain?" Salsa terisak pelan.

"Hahahaha gue bodoh ya? Bodoh gara-gara baper sama omongan Lo. Bodoh gara-gara nyaman sama perlakuan manis Lo" Salsa tersenyum getir. Entah kenapa dadanya terasa sangat sesak saat mengingat semua tentang laki-laki itu.

Salsa menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Udahlah, ngapain juga gue nangisin orang yang sama sekali nggak punya perasaan buat gue. Buang-buang air mata aja" Salsa menghapus jejak air matanya. Ia berusaha tersenyum dan melupakan masalah itu sebentar ralat selamanya. Sekuat mungkin dia menahan agar air matanya tak jatuh lagi.

Tok...tok...tok...

"Salsa sayang, turun makan malam dulu nak!!" Erin berteriak memanggil namanya.

"Iya mah, sebentar!!!" Sahut Salsa tak kalah kencangnya. "Mamah duluan aja, nanti Salsa nyusul!" Sambungnya.

"Mamah tunggu dibawah ya?!!"

"Iya mah!!" Sahutnya.

Salsa berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Tidak lucu jika Erin melihat matanya yang memerah dengan wajah yang basah akibat air mata, bukan?

Ia memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. "Perasaan gue nggak burik-burik amat! Kenapa Revan malah pilih Nabilla daripada gue?" Monolog nya.

*  *  *

Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar. Seorang laki-laki nampak enggan melepaskan selimut dari tubuhnya. Dia ingin tidur lebih lama, Karena disaat inilah dia bisa merasakan kenyamanan dan kenikmatan hidup tanpa merasakan tekanan yang terus menyiksa hidupnya.

Beberapa kali alarm berbunyi, namun Revan hanya mengabaikannya. Sesekali dia memukul alarm itu agar berhenti berbunyi Karena suaranya yang sangat nyaring membuat tidur Revan selalu terganggu.

Seseorang tiba-tiba mengetuk pintunya bahkan bisa dibilang menggebrak-gebrak pintu kamarnya membuat Revan tersentak dan bangkit dari tempat tidurnya itu. Revan berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan.

"Mau jadi apa kamu Revan! Jam segini baru bangun. Liat Bara, dia masih sarapan! Nggak kaya kamu, males nya minta ampun!!" Fero menatapnya tajam.

Benar, Revan kini tinggal di rumah papahnya karena ancaman yang Fero berikan tak main-main membuat Revan tidak bisa menolak apa yang Fero katakan. Tentang ini juga dia telah membicarakannya kepada seluruh karyawan yang ada dirumahnya.

"Mau papah apa sih, kenapa selalu ganggu Revan?" Tanya Revan dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kamu tanya apa mau saya?! Mau saya kamu itu bisa disiplin dan menuruti semua perintah saya!" Fero berbicara dengan nada tinggi.

REVANZA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang