"Sampai kini aku masih menanti hadirmu kembali walaupun aku tau bahwa itu semua tak akan pernah terjadi"
_Revanza Arfandy Bratadikara
37- Trauma akan kehilangan
Revan duduk dipojok kamarnya dengan lampu yang sengaja dimatikan membuat seisi ruangan gelap gulita. Sepulang dari makam, ia memutuskan untuk pulang kerumahnya sendiri untuk menenangkan pikirannya. Ia menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut yang tertekuk. Dalam diam Revan terus menangis, hatinya tak sanggup jika harus merasakan 'kehilangan' lagi.
Kepergian Salsa membuatnya kembali merasakan trauma terhadap kehilangan. Benar, Revan sangat trauma dengan hal itu. Karena semenjak kepergian mamahnya, semuanya berubah seketika. Dia selalu mendapat perlakuan buruk dari ayahnya hingga sekarang. Saat merasakan semua penderitaan itu Revan sendirian, dia tidak mempunyai siapa-siapa.
Revan lemah, dia tidak bisa mengatasi semuanya sendiri bagaimanapun dia juga membutuhkan mamahnya. Tapi beliau telah pergi, tak ada lagi seseorang yang bisa menjadi sandaran dan tempat untuk bercerita lagi. Kini, Revan harus merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan ini untuk yang kedua kalinya. Dia kembali kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Revan frustasi, Revan stres akan hal ini dia tidak bisa mengikhlaskan kepergian orang yang paling ia sayangi untuk selama-lamanya. Revan masih membutuhkan Salsa, sangat membutuhkannya tapi apalah daya kini dia telah tenang disana.
"Gue kangen sama Lo Sa" gumam Revan lirih.
"Kenapa Lo pergi ninggalin gue? Gue banyak salah ya sama Lo? Gue minta maaf ya, gue mau Lo balik lagi. Gue janji kok nggak akan bikin kesalahan lagi..... Gue janji Sa" ucap Revan dengan suara bergetar. Hatinya sama sekali belum menerima kenyataan pahit ini.
"Sejahat itu ya gue, sampai-sampai Lo nggak mau balik lagi?"
"Gue bener-bener nyesel Sa, Gue nyesel banget!! Jangan pergi dari gue..... Gue nggak bisa" setetes bulir bening menetes dari pelupuk mata Revan. Dia kembali menangis untuk yang kesekian kalinya.
"Kenapa tuhan ambil nyawa Lo, kenapa bukan gue? Gue bosen hidup! Gue lelah sama semuanya!! Gue nggak bisa terus-terusan hidup kaya gini! Arghhh!!!!" Revan menarik rambutnya kuat. Dia terus memukul tembok yang ada disampingnya kemudian beralih memukuli dirinya sendiri.
"Kenapa tuhan? Kenapa kau kembali mengambil orang yang aku sayangi? Apakah penderitaan ku selama ini belum cukup?" Tanya Revan lirih.
"Semuanya terlalu menyakitkan untuk gue! Bawa gue pergi sama Lo Sa, gue nggak sanggup."
Revan terdiam sejenak, mencoba untuk mengatur nafasnya, dadanya terasa sesak saat kenangan bersama Salsa kembali berputar di otaknya. Rasanya begitu menyakitkan saat teringat itu semua.
Revan memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit akibat terlalu banyak menangis dan banyaknya beban pikiran yang memenuhi kepalanya.
"Kenapa Lo pergi Sa......"
"Kenapa Lo jahat banget ninggalin gue sendirian disini? Mana janji Lo yang katanya akan selalu ada disamping gue? Mana Sa?!!" Suara teriakan Revan memenuhi ruangan gelap itu.
"Arghhh!! Gue bener-bener nggak sanggup! Kenapa tuhan ngasih gue penderitaan sebanyak ini?!!"
Brakk!
Pintu kamar Revan didobrak oleh seseorang, membuatnya sangat terkejut dan langsung menoleh ke asal suara. Netranya menangkap dua orang yang sangat ia kenali mereka adalah Arbi dan Gilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/289225497-288-k309682.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Teen Fiction"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...