“Ketika tangan dicubit, mata ikut menangis. Ketika hati tersandung, hati ikut meraung. Begitulah saudara yang sebenarnya. Saudara bukan hanya karena hubungan darah. Rasa kasih sayang terhadap satu sama lain dapat menjadikan aku, kamu, kita dan mereka bersaudara. Sebagaimana salah satu anggota badan sakit yang lain ikut merasakannya”
_Revanza Arfandy Bratadikara
18- Dia bukan lawan lo!
Sinar matahari begitu menusuk kulit. Rasa gerah dan panas menyeruak di seluruh tubuh. Jam pelajaran di SMA TARIKSA telah usai, seluruh siswa keluar dari kelasnya.
Hari ini salsa tidak pulang bersama saga dikarenakan dia sedang latihan futsal dan pulang terlambat. Sebenarnya saga enggan mengikuti latihan futsal sekarang dikarenakan ia sangat khawatir dengan salsa. Akan tetapi gadis itu terus memaksanya ikut dan berjanji akan pulang dengan selamat. Alhasil saga pun menuruti apa yang dikatakan salsa.
Saat salsa sedang menunggu taksi tiba tiba Trio Somvlak dan Fira mendatanginya. Mereka mengajak salsa untuk ikut bermain di rumah Revan. Awalnya salsa menolak akan tetapi Fira terus merengek agar salsa ikut. Karena tidak tega melihat ekspresi Fira akhirnya salsa memutuskan untuk ikut.
"Gue sama siapa?" Salsa menatap teman temannya satu persatu. Mereka semua membawa motor kecuali Gilang.
"Gue" ucap Revan dengan dingin. Sementara salsa hanya terdiam menatapnya.
"Nggak ah. Gue bonceng Lo aja ya Ra?" Salsa tersenyum lebar ke arah Fira.
"Sorry sa Fira sama gue. Soalnya dia perempuan takutnya nanti ada sesuatu dijalan" tutur Gilang
"Oh yaudah deh" salsa mengangguk paham
"Terus gue sama siapa?" Salsa menatap mereka dengan tatapan sendu. Sementara Revan yang mendengar perkataan salsa mendengus kesal.
"Dibilangin Sama gue! Keras kepala amat lo" Revan menatapnya tajam, salsa yang melihat itu hanya bergidik ngeri.
"Tapi gue─" belum sempat melanjutkan Revan terlebih dahulu memotong ucapannya itu
"Pake! Gue nggak Nerima penolakan" tukas Revan seraya memberikan helm kepadanya.
"Yaudah deh" ucap salsa pasrah seraya menerima helm dari Revan dengan segera ia memakai helm itu dan berjalan ke motor Revan.
"Bisa?" Revan menoleh ke salsa. Gadis itu nampak kesusahan saat akan menaiki motornya. Salsa menjawabnya dengan gelengan pelan.
"Huftt" terdengar helaan nafas dari Revan dengan segera ia turun dari motornya dan menyodorkan tangannya agar salsa tidak terjatuh.
Salsa memegangi tangan Revan dan hap dia berhasil menaiki motor besar itu dengan selamat.
Mereka semua menjalankan mesin motornya kemudian melajukan motornya. Revan berkendara terlebih dahulu kemudian disusul oleh arbi , Gilang dan Fira. Jalanan cukup ramai dan didominasi oleh anak anak sekolah.
Saat sampai di perempatan jalan tiba tiba segerombolan orang berpakaian hitam mengejar mereka. Arbi dan Gilang melajukan motornya dengan kecepatan tinggi agar bisa memberitahu revan bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANZA (END)
Novela Juvenil"Jangan membenci takdir karena kita hanya manusia yang tidak tau apa-apa tentang apa yang akan terjadi selanjutnya" -Revanza Ini cerita tentang Revan si anak broken home yang selalu disiksa ayahnya. Perjalanan hidupnya tak selalu mulus, dia harus ke...