BAB 2 : NAMA

4.2K 734 20
                                    

Sepertinya ini hari sialnya memang. Bagaimana tidak coba. Mati setelah mendapat warna biru dan bangun di tubuh anak kecil dan sekarang dia pikir bisa melarikan diri dari mansion dan orang menyebalkan itu, tapi sayangnya.

"Huh! Kata siapa aku lemah. Buktinya aku bisa menangkapmu."

Lelaki menyebalkan ini berhasil menangkap Aril di detik kakinya yang tersandung dan wajah menggemaskan ini akan mencium lantai kotor mansion ini.

Hal yang membuatnya sangat terkejut adalah tubuhnya yang terasa mengambang dan perlahan melayang mendekati Aron. Lelaki itu dengan mudahnya mengeluarkan sihir dan berhasil menyelamatkan Aril.

Aron membawa Aril seperti karung beras disampingnya. Hanya dengan satu tangan saja yang melingkar diperut gadis kecil itu, Aron bisa membawanya. Begitu ringan tidak seperti yang dibayangkan. Aron merubah posisinya. Dia mengangkat gadis kecil dengan kedua tangannya yang terselip diantara ketiak gadis itu.

Terlihat sangat jelas jika Aril nampak pasrah saja sekarang.

"Humm... Kau makan apa diluar sana? Kenapa kau sangat ringan sekali?" Tanya Aron yang benar-benar penasaran.

Entah kenapa Aril yang mendengar itu merasa kesal. Meskipun dia tidak tau apa yang sudah dilalui Aril sebelumnya, tapi setidaknya dari nada lelaki di depannya ini Aril yakin, dia sedang meremehkannya.

Hubungan macam apa yang terjalin dikeduanya memang!!!!

Ayah anak bukan!!!

Tuan dan budak, mungkin?

Maaf saja, bukan kah Aril kecil ini terlalu menggemaskan untuk dijadikan budak.

Aron yang mendapat diam dan wajah yang terlihat berubah kesal itu memilih menggendong Aril lebih baik dari sebelumnya. Seperti diawal tadi. Aron menggendong Aril seperti anak kecil pada umumnya, dan betapa terkejutnya Aril dengan senang hati mengalungkan tangannya dan bersenandung ria diiringi kedua kakinya yang dia ayunkan.

"Sebegitu senangkah dia digedong seperti ini?" Batin Aron yang masih heran dengan sifat Aril yang bisa berubah dengan mudah.

"Tuan Merlin."

Aron lekas berbalik dan mendapati seorang pelayan wanita yang menunduk hormat kepadanya setelah memanggil nama keluarganya.

"Panggil aku Aron. Bukan kah sudah aku katakan berulang kali." Titahnya karena merasa diremehkan karena dia menjadi Duke muda setelah tiga tahun dan masih banyak orang yang memanggil namanya yang terikat dengan keturunan penyihir hebat itu.

"Maaf, Tuan. Tapi, Nona Aril belum memakan apa pun. Jadi, setidaknya Nona harus makan sesuatu hari ini."

Mendengar itu membuat Aril berhenti bersenandung. Sungguh dia suka jika digendong seperti koala seperti ini. Tapi, tunggu sebentar.

Pikiran Aril tiba-tiba kosong dan ingatan semasa hidupnya dulu berputar. Disela dia menjadi seorang anak yang ambis. Dia pernah membaca sebuah cerita online . Dari sampulnya sudah membuatnya menarik, tapi kenapa ceritanya sangat klise dan entah kenapa dia masih tetap melanjutkannya hingga plot twist yang tidak pernah dia duga itu muncul. Kematian seseorang yang begitu mengenaskan hanya untuk gadis bodoh tidak tau diri itu.

Karakter pendukung itu ternyata adalah pemeran antagonis sebenarnya. Bagaimana tidak. Wanita licik bernetra merah darah dengan surai hitam legamnya yang mengembang hanya menunjukkan wajah datar dihadapan ayah angkatnya yang rela menyerahkan jiwa, raga, semuanya hanya untuk gadis yang tidak memiliki hubungan darah dengannya yang dia angkat jadi putri itu ternyata tidak jauh beda dengan iblis.

Tokoh antagonis sebenarnya adalah seorang yang selama ini berperan sebagai tim tidak tentu, terkadang mendukung, terkadang tidak, itu adalah yang membuatnya ingin mencekik wanita itu.

Bagaimana bisa dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun dihadapan sang ayah angkat yang bernama Aron Ettan Merlin, salah satu keturunan Merlin sekaligus Duke termudah yang pernah ada itu memilih tidak menikah dan mencurahkan semua kasih sayangnya kepada putri angkatnya.

Jadi, jika benar dia berada di dalam cerita 'Duri Mawar Emas' maka ini sangat buruk.

Aril berdiri tegak menatap Aron tidak percaya. Lelaki di depannya yang akan mati itu masih keukeh mempertahan putri angkatnya.

Aron berbalik menatap Aril dengan heran. Seakan wajah Aron berkata. "Apa?"

Aron balik menatap pelayan itu. "Dia sudah makan, tidak lebih tepatnya hanya menguyah dan memuntahkannya. Sepertinya dia tidak kuat memakan sesuatu yang keras. Buatkan saja sup atau bubur."

Mendengar ucapan Aron pelayan itu segera undur diri dan bisa Aron lihat kemana arah pelayan itu berjalan. Tentu saja ke arah dapur, jika tidak dia sendiri yang akan menebas lutut pelayan itu dan membunuhnya ditempat tanpa segan.

"Apa?" Tanya Aron yang heran dengan wajah Aril yang tiba-tiba terkejut seperti sehabis melihat hantu.

"A-Aron, Aron Ettan M-Merlin?" Gagapnya seakan tidak percaya setelah menyebutkan nama lengkap lelaki di depannya itu.

Aron mengerjit. Tidak ada satu pun yang tau nama lengkapnya. Hanya segelintir orang saja yang tau nama lengkapnya itu. Bagaimana bisa gadis dari dunia luar itu tau namanya. Sebagian besar orang hanya tau nama depannya dan nama Merlin yang sudah dia sandang bahkan sebelum lahir ke dunia ini.

Aron menatap tajam Aril yang bagaimana gadis kecil tau sebelum waktunya.

"Dari mana kau tau?"

Aril segera membuang pandangannya tidak ingin menatap wajah menyeramkan itu yang siap kapan saja mencekiknya menuntut sebuah jawaban itu.

"I-itu, itu... ."

Ayolah otak encerku cepat bekerja lah dan buat alasan logis!!!!

Aron menetralkan wajahnya dan membawa Aril kembali ke meja makan yang pastinya diruang lain. Bayangan Aril muntah masih tercetak jelas di otak Aron dan itu berhasil membat wajah Aron menggelap.

"Bagus lah kalau kau tau siapa aku ini? Avrillya Eda Merlin." Ucap Aron yang khususnya mengeja nama Aril yang membuat gadis itu kembali terkejut untuk sekian kalinya.

Dia bangun menjadi karakter antagonis sebenarnya di novel 'Duri Mawar Emas'.

"Kenapa? Apa kau tidak suka nama itu?" Tanya Aron yang berhenti karena diamnya Aril yang masih setia mematung.

"T-tidak, tidak, Aril tidak... ."

Entah insiatif dari mana tangan Aron yang sejak tadi meyangga punggung Aril mendorong gadis kecil itu dengan lembut untuk bersandar di bahunya.

"Aku sudah repot-repot memikirkan nama itu. Jadi, diam dan jangan protes."

Aril bukannya ingin protes, tapi nama yang ternyata Aron berikan kepadanya sudah cukup bagus dan nama panggilan Aril itu juga sudah berhasil membuatnya senang sebagai Aril disini. Dia menarik kata-katanya tadi jika nama Aril itu jelek.

Seperti yang Aron katakan Aril diam dan kembali memeluk leher lelaki itu. Menenggelamkan wajahnya menyembunyi perasaan yang menggebu di dalam hatinya. Perasaan diperhatian oleh seorang ayah yang dia inginkan, dikehidupan ini dia dapatkan. Meskipun Aron menyebalkan, pemarah, tapi dia akui. Aron membuatnya nyaman saat berada di dalam gendongannya. Lelaki itu juga punya aroma yang harum tidak terlalu tajam, tidak seperti bapak-bapak di dunianya dulu kalau mau berangkat sholat jumat di masjid.

Menyadari kembalinya mood Aril, Aron menggelengkan kepala keheranan. Sepertinya dia harus terbiasa dengan sifat Aril yang mudah sekali berubah.

Seperti yang Aron katakan Aril memakan sup yang menghangat perutnya. Bahkan dia rasa susu putih yang tidak membuatnya merasa mual itu membuatnya semakin merasa bahagia dan tersenyum lebar.

Melihat bagaimana gadis kecil di depannya lahap makan membuatnya tanpa sadar mengembangkan senyum, meskipun sangat tipis, tapi Aril menyadarinya dan menatap ramah Aron yang jika di dalam novel 'Duri Mawar Emas' ditakdirkan mati. Itu yang tertulis oleh penulis, tapi jika pembaca sudah ikut campur di dalam sebuah cerita, maka hanya satu yang pasti terjadi.

"Kak author, aku akan merubah takdir suggar daddy ku ini."
.
.
.
Hmmm...

Mau ngomong, ARIL KAMU PEDE BANGET YAAA!!!!

see you next chapter guy's 👋😽

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang