BAB 22: BERI AKU MAKANAN BANGSAWAN

1.6K 285 32
                                    

Yang lagi nunggu 'how to be MC' up komen, wehehe 👀

Cuss langsung baca aja (~‾▿‾)~

~~~

Hari-harinya kembali normal. Berlatih menjadi seorang kesatria. Jadwal hari ini Aril melakukan pemanasan sembari berlatih di hutan dekat mansion. Membawa alat panah dan juga kudanya. Sedangkan Luca, bola bulu itu terbang bebas di langit. Memekik riang dan kembali turun karena takut menghampiriku dan kembali terbang lagi.

Sebebas bebas dia lah.

Aril ingin mencoba memanah sambil berkuda. Itu terlihat sangat keren dipikiran Aril. Dia ingin terlihat anggun dan kuat seperti itu.

Pakaian sederhana dengan celana kain yang tidak terlalu ketat dia pakai hari ini. Suria seputih salju yang dia gulung diatas lehernya itu menambah aura kecantikannya. Poni yang dia punya tepat garis alisnya dengan tatapan matanya yang tajam tidak seperti gadis pada umumnya. Jika saja dia tidak memiliki benjolan di dadanya itu, maka semua gadis akan menjerit melihat paras Aril.

Aril terkadang berpikir ingin memotong rambut seperti para pria. Itu karena lebih muda merawat nya dan membuatnya tidak perlu repot-repot menguncir terus menerus.

Terkadang juga dia bercermin melihat tubuh orang yang dia tempati. Sejujurnya tubuh ini lebih pendek dari kehidupannya dulu. Bahkan jika dia sudah memasuki usia dewasa sekali pun entah hanya perasaanya saja atau memang pertumbuhan pada bagian dadanya itu berhenti bertumbuh atau bagaimana?

Seperti Avrillya seharusnya terlahir sebagai seorang laki-laki deh.

Desir angin dari timur laut bisa Aril dengar. Sekumpulan angin cumolonimbus berwarna merah muda kuning bisa Aril lihat. Bahkan langit saat ini tiba-tiba berubah warna menjadi keungguan.

Desiskan kuda yang Aril tunggangi meringkik tidak suka. Bahkan hembusan angin yang terasa aneh bisa Aril rasakan.

KWAAAKKKKK!!!!!

Pekikan Luca yang terbang merendah menghampiri Aril.

'Mama, ayo pulang.'

Aril juga merasa ada yang aneh dengan cuaca hari ini. Aril memutuskan berbalik pulang dan benar saja sore kala itu badai besar datang tanpa diundang.

Aril bisa mendengar hujan badai disertai guntur yang seakan alam sedang berteriak meluapkan semua isi hatinya. Suhu ruang yang semakin merendah membuat Aril harus menyalakan perapian yang biasanya dipakai saat musim dingin.

"Terima kasih."

Seorang pelayan yang sudah merawat Aril dari kecil itu membawanya minuman hangat dan beberapa camilan untuknya selepas berlatih dan pulang lebih cepat hari ini.

"Sama-sama, Nona."

Sedangkan Luca sedang asik melingkarkan tubuhnya dipangkuan Aril. Menggeram kesenangan dalam usapan Aril berikan.

Kabut perlahan datang seperti monster asap yang perlahan merayap melahap semua yang menghalanginya. Derasnya hujan bisa Aril lihat dari suaranya saja. Bahkan embun dikaca bisa dia lihat perlahan mengumpul.

Dengkuran bola bulu itu bisa Aril dengar. Seperti Luca merasa nyaman hingga tertidur lagi dipangkuannya. Aril menyandarkan punggungnya, menikmati hangatnya dari api yang menyala di dekatnya. Pakaian yang lebih hangat sekarang dia pakai. Selimut yang dia pakai hanya sebatas pinggang hingga kaki dan selendang yang berada dikedua pundaknya menambah rasa nyaman. Surainya yang tergerai membuatnya terlihat seperti nenek sedang menikmati sisa harinya.

Suara dentingan cukup keras tiba-tiba datang membuat Aril mengerjit. Gadis itu memejamkan matanya menahan geraman kesakitan.

Seperti dia pusing karena tidak segera dikeringkan rambutnya.

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang