BAB 27 : RIBUAN PURNAMA

1K 216 19
                                    

Seperti alur cerita yang berjalan baik. Mulai dari perayaan sekaligus upacara hari ini tokoh utama dalam cerita 'Duri Mawar Emas' bertemu dengan seseorang dari masa kecil nya dulu. Pria yang akan menjabat sebagai panglima perang itu bertemu dengan Lya yang sudah menjadi anak didik Penyihir Menara Timur Laut, Alaric Sigeric Merlin.

Aril melewatkan satu lagi alur cerita dalam novel yang salah satu nya dia tunggu-tunggu.

Aron yang berusaha dengan tenang tidak mengkhawatirkan Aril berlebihan mencoba mengalihkan pikirannya mengobrol dengan para bangsawan lain. Sepertinya kesialannya hari ini atau apa. Dia bertemu dengan kakaknya.

"Oh! Tuan Penyihir!" Seru seorang bangsawan yang senang melihat kehadiran Alaric yang membaur bersama dengan para bangsawan.

"Selamat siang, Tuan-Tuan." Ucap Alaric tersenyum ramah dengan pakaian khas penyihir yang dikhususkan dipakai hari ini.

Aron hanya mendecih tidak suka, tapi apa yang bisa dia perbuat disini.

Semua bangsawan tau jika kedua keturunan Merlin dipertemukan hari ini dengan jalan berbeda tentunya.

Alaric dengan mudahnya membaur dengan para bangsawan penjilat itu dan sering kali melempar candaan yang membuat semua orang betah berlama-lama dengan penyihir ini.

"Ah, Duke Merlin. Dimana putri angkat Anda itu? Saya ingin melihatnya. Bagaimana gadis yang dikatakan memiliki garis keturunan Merlin itu dimana sekarang?"

Aron mengepalkan tangannya diam sejenak mencoba menahan gejolak amarahnya. Jika saya Zaya atau Evan ada disini itu akan terasa lebih baik dan membuatnya tenang. Tapi, kehadiran saudara beda ibu itu membuatnya semakin geram.

"Bersama temannya, kenapa?" Balas Aron terkesan cuek dan datar.

"Ah, sayang sekali. Padahal aku jarang sekali keluar menara."

Apa urusanmu dengan Aril?!

Dia putri ku bukan putri mu!

Mendengar panggilan dari belakang Alaric pamit undur diri dan bergabung dengan para penyihir lainnya yang bersiap untuk merayakan perayaan bersama.

Bisa Aron lihat telapak tangannya memutih karena menahan gejolak amarahnya. Lagi pula sejak hari itu dia tidak bisa menanamkan sihir pelacak kepada Aril. Otak gadis itu seakan diberi penghalang oleh seseorang. Siapa orang yang berani melakukannya?!

~~~

[APA KAU MENYUKAINYA?] Tanya pria berusia pirang dengan aura keemasan seperti cahaya kunang-kunang menatap sang pujaan hati.

[TIDAK.]

[AYOLAH, SESEKALI AKU INGIN MENDENGAR KATA 'YA, AKU SUKA' DARIMU.]

[TIDAK, SEKALI TIDAK TETAP TIDAK. APA KAU TULI?] Tanya wanita itu balik karena merasa aneh dengan sikap pria ini yang tidak pernah berubah setelah ribuan purnama.

Mereka berdua tetap berdansa dan terlarut dalam obrolan hingga wanita bersurai hitam legam itu menangkap seseorang tengah bersama bocah-nya itu.

[SIAPA DIA? APA DIA... ]

Wanita itu menggantungkan kalimatnya dan menatap pria itu seakan tidak percaya apa yang baru saja dia lihat.

Pria itu juga melihat siapa yang tengah bersama Ian itu. Dua manusia bersurai putih itu tengah mengobrol dengan ekspresi bermacam-macam yang ditunjukkan khususnya dari gadis yang tidak diketahui oleh wanitanya.

Wanitanya?

Boleh kah dia berpikir begitu?

[YA... DIA ORANGNYA.] Pria bersurai pirang itu mendekati wajahnya dan membisikkan kata-kata, [AKU TAK SABAR UNTUK BERTEMU DENGANMU DIMALAM HARI LAGI.]

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang