BAB 9 : KUNJUNGAN PERTAMANYA

2.6K 514 26
                                    

Maaf baru bisa up, soalnya lagi buat banyak draf biar bisa up tiap hari, doa in ya^^

Cuss langsung baca aja (~‾▿‾)~

~~~

"Nona tolong tegakkan tubuh Anda."

"Anda terlihat lebih cantik hari ini, Nona."

Aril yang harus bangun lebih awal duduk di depan cermin riasnya. Sejujurnya dia tidak menyangka hari ini akan datang. Tapi, siapa yang tau juga bahwa Aron mau repot-repot membawanya ke istana. Sekaligus dia juga ada keperluan dan mengingat jika Aril menjadi teman bermain Pangeran ketiga juga.

"Sudah selesai." Dengan nada ceria pelayan itu melihat bagaimana penampilan manis Aril.

Gaun merah mudanya dengan perpaduan warna putih dan tak lupa surai seputih saljunya itu dikepang jadi satu. Aril memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Sepertinya boneka hidup. Netra merah ruby memang begitu memikat.

"Terima kasih, kakak!"

Para pelayan selalu senang saat Aril memanggil mereka dengan sebutan kakak. Terlebih dengan penampilan manisnya yang tidak bisa mereka tolak.

Aril turun dari kursinya dan berjalan bersama Evan ke kamar Aron. Aril bergandengan tangan dengan Evan. Lelaki yang sudah berumur itu merasa senang bisa bersama Nona nya.

"Kakek, apa di istana nanti ada burung besar?"

"Burung besar?"

"Iya, burung besar yang menjaga di atas menara. Apa ada nanti?"

Mendengar fantasi kecil Aril membuat Evan tersenyum.

"Mungkin (?) Maaf Nona, saya tidak pernah melihat istana secara langsung."

"Lalu, apa nanti akan ada lebih banyak kesatria baju besi dimana-mana?"

Evan kembali menanggapi pertanyaan Aril yang begitu penasaran.

"Akan lebih banyak dari pada di mansion Nona."

"Ugh! Terlalu mengkilat. Itu membuat mata Aril sakit."

Tanpa Aril sadari mereka berdua sudah di depan pintu kamar Aron. Aril menatap Evan yang diam. Dari isyarat mata Evan. Lelaki tua itu memintanya untuk mengetuk nya.

Tok! Tok! Tok!

"Pa... PAPA!!!!"

Teriak menggelegar gadis itu hampir membuat telinga Evan tuli. Evan yang masih mempertahankan senyumannya menutup telinganya.

Evan membukanya perlahan dan Aril mengintip jika ayah angkatnya itu dalam keadaan telanjang dada. Aril tidak bisa mendeskripsikan penampilan Aron kali ini.

Lelaki itu masih memegang kemeja putih lengan panjang dan menatap mereka berdua.

"Tidak perlu berteriak, Aril."

Aron mulai memakai kemeja putihnya. Aril melihat bagaimana ototnya yang terlihat menonjol pada bagian perut dan juga lengannya itu. Meskipun Aron adalah seorang penyihir dia masih rutin berolahraga.

Evan mendorong ringan punggung Aril agar lekas masuk. Gadis itu berjalan dengan lambat ke depan dan memalingkan wajahnya.

Aril masih kecil.

Aril masih kecil.

ARIL MASIH KECIL!!!

Aril mencoba mensugesti dirinya agar lebih tenang dan tidak berpikir macam-macam.

Aron mulai memakai jas nya dan memakai bros nya berlambang ekor naga. Surai hitam legam bergradasi biru gelap itu sangat cocok dengan netra merah ruby nya.

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang