BAB 32 : PENJAGA SAMUDRA BIRU

749 159 7
                                    

Apa kau pernah melihat salju ditengah lautan?

Aku pernah.

Wanita itu bernama Zaya. Wanita yang berusia matang untuk menikah itu masih tetap setia lajang hingga umurnya ke dua puluh tiga tahun itu.

Disaat dia lelah dia akan ke tebing tempat dimana yang harusnya dia hindari, tapi malah dia datangi. Terkadang juga jika dia bosan dia akan ke bibir pantai.

Hari itu, ditahun ketiga dia di negeri orang ini. Tusuk rambut berlambang matahari itu masih setia dia simpan dan dia bawa hari ini.

Zaya memeluknya erat dan berdoa dalam diam berharap jika kemarau yang panjang di desanya itu segera hilang.

"Ayah... Aku rindu Ayah." Lirih Zaya menatap jauh ke laut dimana sebagian daratan berwarna putih. Lapisan es bisa Zaya lihat dipermukaan laut, tapi itu hanya jika di dekat daratan, tidak di lautan.

Ombak yang terlihat ganas itu bisa Zaya lihat dari kejauhan. Perlahan angin dingin berhembus cukup kencang dan membuat Zaya bersin. Dia berpikir dia terlalu berlama-lama disini Aron akan mencarinya.

"Biarkan bocah itu menunggu sedikit lebih lama lagi."

Zaya memutuskan berdiam sedikit lebih lama disini. Menenangkan hatinya yang tengah merindukan kampung halamannya.

[KEMARILAH.]

Suara yang yang terdengar serak basah itu Zaya dengar. Seperti sebuah sihir Zaya melangkah maju ke bibir pantai. Dimana lapisan es mulai terbentuk.

[AKU AKAN MEMBERIMU HADIAH.]

Zaya dengan diam terus melangkah maju dan tanpa Zaya sadari dia ternyata di awasi oleh Alaric. Mata Alaric membelalakkan tidak percaya. Angin mulai tenang dan ombak ganas yang terus menabrak batu karang mulai tenang juga. Zaya seakan berjalan di atas air. Setiap langkah kakinya menciptakan riak air.

"Saya datang, Tuan." Ucap Zaya tanpa sadar yang terus maju hingga ke laut lepas. Alaric yang ingin mengejarnya seketika kakinya langsung tercebur ke air sedingin es itu.

Alaric terus menatap Zaya yang mulai mengecil dan bisa Alaric tebak jika wanita itu sekarang tengah berada di laut lepas. Sekarang salju mulai turun perlahan.

Zaya yang tersadar jika dia sudah jauh dari daratan mulai panik dan berdiri dengan kaki gemetar takut jika dia akan tenggelam.

"I-ini, ini dimana? T-Tuan Muda."

Zaya takut.

Dia hanya ingin menenangkan hatinya hari ini dan pergi ke laut dan tanpa sadar dia berjalan ke laut. Hal yang aneh adalah dia tidak tenggelam. Terlebih kenapa perginya ombak ganas itu tadi?

Terlebih ini tidak seperti laut yang dia kenal. Zaya berbalik dan melihat daratan jauh disana. Itu terlihat sangat kecil. Kenapa dia tanpa sadar berjalan sejauh ini sih?!

[JANGAN TAKUT.]

Suara itu menyuruhnya untuk tidak takut, tapi malah sebaliknya. Zaya sangat takut sekarang. Dia takut akan tenggelam. Dia takut laut sekarang. Dia sangat takut. Kenangan disaat terjun dari tebing saat itu masih membayanginya.

"S-siapa? Seseorang, tolong aku... Tuan Muda, ini tidak lucu!"

Zaya tau jika Tuan Muda nya itu terkadang membuat kejahilan untuknya. Seperti terakhir kali saat malam hari Zaya yang tengah merapikan ruang belajar Aron dikejutkan Aron yang tiba-tiba datang dari arah belakang dengan lilin yang dia pegang menambah kesan seram dimatanya.

[... JANGAN TAKUT, ZAYA.]

Air yang menjadi tempat berdiri sekarang mulai bergerak dan mulai membentuk sosok di depannya. Surai biru legamnya dengan kulitnya yang terlihat bersih dan cerah itu tengah membawa trisula ditangannya. Matanya yang terkesan tajam menatap lembut Zaya.

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang