BAB 18 : INI BUKAN MAU KU

1.7K 339 0
                                    

Thalia menghampiri Cinzel yang tengah menikmati minuman.

"Hei! Katamu Nona Merlin itu orangnya asik. Mana? Dia lebih banyak diam saat bersamaku dan ada ada serangga mengganggu tadi disekitarnya."

Mendengar perkataan Thalia Cinzel tidak terkejut. Meskipun mereka masih di aula pesta, tapi seperti karena dia sering membicarakan sosok Aril dulu membuat sifatnya yang awalnya pendiam menjadi lebih terbuka karena juga dia mendengar jika putri angkat dari Duke Merlin itu berlatih menjadi kesatria.

"Mungkin dia malu." Lagi pula mana mungkin seorang Aril yang dia kenal pemalu.

Cinzel mengingat kembali pertemuan mereka delapan tahun yang lalu. Dia sering bermain ke mansion Duke. Meskipun tidak seluas istana, tapi mansion itu sangat nyaman. Bahkan banyak tempat lahan terbuka yang membuat mereka puas bermain.

"Aku penasaran bagaimana Nona Merlin itu? Aku tidak bisa menahannya tadi! Kau lihatkan! Cinzel kau berbohong jika Nona Merlin itu imut, tapi malah sebaliknya dia terlihat dewasa dan cantik."

Cinzel juga tidak bisa berkata apa-apa. Lagi pula itu delapan tahun yang lalu. Umur Aril waktu itu masih tujuh tahun bahkan pipinya yang chubby masih bisa Cinzel ingat.

Perubahan yang dia bawa setelah delapan tahun lama tidak pernah bertemu sungguh mengejutkan. Lihat saja penampilannya semakin terlihat seperti Duke. Cinzel merasa sangat jauh sekarang dengan Aril.

Rumor mengatakan jika Aril kemungkinan akan menjadi kesatria wanita pertama kerajaan. Bisa dia lihat tadi tatapan mematikannya turun dari Duke. Aura yang mereka berdua hampir sama. Entah hanya Dimata Cinzel saja saat Aril tersenyum itu membuat semua pemikiran dan aura buruknya menghilangkan seketika.

Jika ditanya apa dia merindukan Aril?

Tentu saja dia merindukan teman bermainnya itu. Tiba-tiba saja dia menghilang hari itu dan dia tidak diperbolehkan berkunjung kediaman Duke lagi hingga sekarang. Cinzel tau jika Duke sangat menyayangi Aril, tapi tidak dia sangka akan sampai sejauh ini.

Terkadang Cinzel berpikir jika Aril sedang berfokus dengan latihannya itu hanya alibi saja. Seperti Duke tidak ingin Aril mengalami kecelakaan yang hampir meregang nyawanya di istana delapan tahun yang lalu.

"Ken."

Itu panggilan kecil yang Thalia berikan padanya.

"Apa kau sudah lelah? Ini belum tengah malam."

"Bukan, tapi dimana Nona Merlin? Apa kau melihatnya?"

Seperti yang sudah Cinzel duga. Gadis itu akan segera menghilang dalam sekejap mata. Kali ini dia pergi kemana. Cinzel berharap gadis itu tidak membuat onar.

Tidak jauh dari tempat Thalia dan Cinzel yang memilikinya hubungan baik tidak seperti yang semua kira berdiri disana orang tertinggi di kerajaan ini tengah mengobrol dengan sahabat baiknya.

"Ahh~ Ron, kau diam-diam menyembunyikan berlian ya di kerajaan ini."

Jika Aron ingat-ingat dia memang mempunyai tambang berlian dan kemana Edmund mempermasalahkannya?

Menyadari Aron tidak mengerti apa yang dia maksud. "Putrimu itu yang aku maksud."

"Memang kenapa dengan putri ku? Kau juga punya seorang putri bukan?"

"Hei, apa yang kau lakukan sampai dia secantik itu? Aku ingat dia sangat lucu dan hanya setinggi pinggang ku waktu itu."

"Hanya berlatih, makan, bermain, dan pergi tidur. Kenapa?"

"Apa dia tidak pernah merengek ingin sesuatu seperti mainan?"

"Tidak, kenapa?"

"Dia sudah dewasa sejak kecil berarti."

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang