BAB 33 : PENGORBANAN

802 156 31
                                    

Aron melihat keluar jendela, sekarang adalah musim gugur dan dari yang dia ketahui janin Zaya sudah berusia tujuh bulan. Hanya perlu menunggu dua bulan lagi dia akan bisa melihat buah hati wanita yang masih setia dia cintai itu.

"Kenapa kau memilihnya?" Ujar Aron menatap perut yang semakin membuncit besar itu.

Zaya yang dalam keadaan duduk sembari mengelus permukaan perutnya itu tersenyum tipis dan menjawab, "Karena dia berkah? Saya ingin dia melihat dunia ini."

"Kau ingin bayi tidak berdosa itu melihat dunia kejam ini? Huh! Kau sungguh naif, Zaya."

Melihat senyum meremehkan Aron, Zaya hanya tertawaan ringan mendengarnya. Berapa kali pun.

"Kenapa kau tidak bilang padamu?"

Berapa kali pun Aron mengatakan penyesalannya.

"Seharusnya aku bergerak lebih cepat. Seharusnya rencana ku berjalan lebih cepat."

Aron berencana pergi dari wilayah Timur Laut dan ke kerajaan Ivory mengambil wilayah kekuasaannya sebagai seorang Duke. Semua berjalan lancar dengan bantuan Edmund yang tidak terduga itu.

"Kita saudara, sudah sepatutnya kita saling membantu."

Perkataan Putra Mahkota itu masih bisa dia dengar sangat jelas. Akan tetapi, semuanya seakan hancur. Dia ingin membawa Evan dan Zaya pergi dari sini. Membawa kehidupan yang lebih layak bagi keduanya dan membuat Zaya, pengasuhnya itu memandanginya sebagai seorang pria.

"Seharusnya... Zaya, kenapa?"

Zaya hanya diam mendengarkan. Untuk pertama kalinya Aron berbicara panjang lebar di depannya. Untuk pertama kalinya dia melihat wajah penuh penyesalan itu.

Tolong jangan menangis Tuan Muda. Anda membuat saya menjadi penjahat disini.

"... Kenapa? Katakan! Kenapa?!" Aron mengepalkan tangannya. Bisa terlihat sangat jelas jika permukaan es mulai memenuhi kedua tangannya. Rasa dingin yang menusuk keluar dari tubuh Aron, Zaya tau itu.

"... Maaf."

"Apa hanya itu yang ingin kau katakan padaku... Dasar pengkhianat!"

"... Maafkan saya Tuan Muda. Saya tidak pantas berdiri dibelakang Anda lagi."

"Kata siapa?"

Zaya menatap Aron penuh tanda tanya. Apa yang dia mau sebenarnya?

Zaya tau perasaan Aron padanya. Dia marah karena dia wanita yang tidak berguna dan sekarang malah menyusahkan.

"Kata siapa kau boleh pergi, huh?!" Kilat netra amethyst yang Aron punya menatap tajam Zaya yang semakin ketakutan. "Kau harus tetap disini. Akan ku pindahkan kau ke tempat yang lebih aman. Dia..." Yang Aron maksud bayi yang tengah Zaya kandungan. Dengan berat hati Aron mengatakan, "Keponakan ku, tak akan ku biarkan kau membawanya pergi begitu saja."

Zaya bisa melihat raut wajah Aron sekarang. Lelaki itu sangat terpukul dengan kehamilannya. Bahkan dia sendiri juga sangat terpukul dan dia coba lakukan sekarang adalah mencoba menghubungi Zale.

"Aku kecewa padamu."

Deg!

"Meskipun begitu... Aku tetap mencintaimu."

Apa?!

Melihat eskpresi Zaya berikan Aron tau. Wanita itu tidak akan pernah membayangkan jika dia akan mengungkapkan perasaannya disituasi seperti ini.

Aron mendekat dan mencium kening wanita itu, "Beristirahatlah, aku tau kau sangat membutuhkannya."

~~~

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang