BAB 11 : AKU SELALU MENGAWASIMU

2.5K 464 13
                                    

Karena ingatannya tentang kematiannya sebelumnya membuat Aril bermimpi buruk setiap malam. Bahkan rekam ulang kejadian itu terus berputar dikepalanya tanpa bosan.

Aku lelah.

Evan, lelaki tua itu tampak sakit juga akhir-akhir ini. Lelaki itu tua itu terkadang terbatuk dan menyuruh pelayan lain untuk melayani Aril.

Gadis bersurai hitam legam bergradasi biru tua itu sekarang tampak lebih kurus dari anak seharusnya. Tubuhnya memang kecil dan bisa dikatakan sehat, tapi setelah kunjungannya dari istana itu merubah semuanya.

Aril terlihat sangat murung dan itu mempengaruhi seisi mansion juga. Aron tidak bahkan tidak bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dia memberikan waktu untuk Aril sembuh. Itu adalah prioritasnya sekarang.

Karena merasa bosan dan tidak bebas di kamar terus sepanjang hari. Aril turun dari ranjangnya. Membawa kedua kaki kecilnya itu berjalan.

"Anda ingin kemana Nona?"

"... Tidak tau."

"Saya akan mengambil kursi roda jika perlu."

"... Tidak perlu. Aku... Aku hanya ingin sendiri, tolong... "

Pelayan wanita itu mengangguk mengerti. Gadis itu benar-benar ditinggalkan seorang diri sekarang. Bahkan jika dia melakukan bunuh diri itu akan sangat mudah.

Aril menoleh dan mendapati balkon kamarnya yang terbuka. Angin sejuk menyapu kulitnya. Dibawah kedua matanya terlihat jelas lingkaran hitam, terlihat sangat tidak cocok untuk anak seusianya dirinya sekarang. Akan tetapi, mengingat kembali hitungan umur dia hidup sebenarnya itu terlihat maklum saja.

Aril berjalan dengan sangat lambat. Tubuhnya terasa sakit dan panas bersamaan. Mungkin ini efek dia terus terjaga semalaman.

Langit nampak sangat cerah hari ini. Matahari yang tersenyum lebar, tapi tidak terasa begitu menyengat. Angin sejuk yang seakan membelai pipinya membuat Aril memejamkan mata. Menikmati sapuan lembut yang mengobati hatinya yang gunda.

Dia bisa melihat beberapa kupu-kupu berterbangan diseberangnya. Beruntungnya balkon tidak terlalu tinggi. Aril yang hendak merangkak naik dan tiba-tiba seekor kupu-kupu berwarna biru muda menganggunya. Seakan kupu-kupu itu mencegah untuk melompat turun.

"Aishhh!!! Pergi sana!"

Aril mencoba terus mengusir kupu-kupu itu dan sepertinya dia baru saja menyadari sesuatu. Pasti kupu-kupu adalah salah satu sihir milik Aron. Lelaki itu terus mengawasi bahkan dalam matanya terpejam dan belum terlelap tidur lelaki itu datang di malam hari. Hanya sekedar melihatnya dan pergi.

"Apa mau mu?!" Tanya Aril menatap tajam kupu-kupu menyebalkan itu.

"Ayolah aku butuh kebebasan."

Kupu-kupu itu masih setia terbang di depan Aril tanpa menunjukkan respon sama sekali.

"Aku tidak cocok di dalam sangkar burung tau. Aku... " Kata-kata Aril menggantung cukup lama karena ingatan kilas balik lelaki murah senyum itu tiba-tiba terbayang dipikirkan. "Lupakan. Aku seperti orang gila jika berbicara dengan seekor kupu-kupu."

Kupu-kupu itu mengelilingi Aril dan tiba-tiba berpecah menjadi beberapa kupu-kupu lagi. Bahkan warna mereka adalah warna yang sangat Aril sukai. Biru. Warna yang begitu menenangkan.

"Wow~ kau sangat cantik."

Aril tidak bisa berhenti kagum dan masih terdiam duduk di balkonnya. Bermain dengan kupu-kupu yang terus terbang mengelilinginya.

Seseorang tersenyum melihat gadis yang sudah suram beberapa hari ini akhirnya tersenyum lebar hanya karena seekor serangga. Ujung jari telunjuk yang bercahaya berayun di depannya, seperti seseorang yang tengah menulis dan benar. Dia sedang menulis sesuatu di udara sembari memperhatikan tingkah gadis menyandang nama belakang Merlin itu.

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang