BAB 10 : KETAUAN

2.5K 474 67
                                    

Seperti yang Aril inginkan. Hanzel mengajak gadis itu keluar dari perpustakaan dan bertemu dengan beberapa pelayan yang membawa teh dan camilan untuk mereka berdua. Kini kedua anak itu terjebak di ruangan dengan teh dan camilan yang sudah tertata rapi.

Hanzel memalingkan wajahnya karena melihat aura yang Aril keluar terasa sangat menusuk dan itu tertuju padanya.

Hanzel tau seberapa kesal gadis itu harus terkurung di dalam ruangan. Itu alasan kenapa mereka berdua menghabiskan hari berada di luar.

"Biarkan kami berdua."

Mendengar perkataan Pangeran ketiga beberapa pelayan merasa ragu. Melihat gadis yang pertama kali berkunjung untuk Cinzel memiliki nama keluarga Merlin membuat semua orang merasa was-was.

"Baik, Pangeran."

Semua orang telah pergi hanya tersisa Aril dan Hanzel sekarang. Aril kemudian tersenyum cerah dan memilih menghampiri dan duduk disamping Hanzel.

"Ayo kita kabur!!!"

"Hah?"

"Ayo kita kabur dari kakak-kakak itu. Aku bosan, Han. Apa kau tidak merasa tertekan saat mereka dengan diam melihat kita berdua."

Mendengar ucapan Aril membuat Hanzel terdiam dan memikirkannya. Dia sudah biasa. Akan tetapi, Aril sepertinya tidak. Sistem di istana dan mansion sama sekali berbeda. Duke menghargai semua orang di mansion. Bahkan menyuruh mereka agar menjaga kesehatan. Semua orang yang lebih tua dari pada Aril dia panggil dengan sebutan kakak. Meskipun bagi seorang bangsawan itu aneh.

"Hm, baiklah."

Hanzel hanya bisa menuruti temannya itu. Lagi pula kapan lagi dia bisa seperti ini.

Aril menoleh dan mendapati jendela yang terbuka. Setelah keluar dari ruangan menyesakkan itu Aril menarik tangan Hanzel kemana pun langkah kaki mungilnya itu melangkah.

"Han, ceritakan tentang istana."

Mereka berdua terus berjalan-jalan hingga melihat sebuah taman bunga mawar berwarna merah muda yang sangat indah. Melihat itu tentu saja membuat langkah kaki Aril berbelok dan mendekati taman itu.

"Ril, jangan." Cegah Hanzel menahan Aril yang hendak masuk ke dalam taman bunga itu.

"Kenapa?"

"Itu taman pribadi milik Ratu. Seseorang tidak bisa masuk begitu saja."

"Yah terus?"

"Kita tidak boleh masuk."

"Yah terus."

Melihat wajah Aril yang terlihat tidak peduli membuat Hanzel tau apa yang akan gadis itu perbuat.

"Tidak Aril."

"Hehe, peraturan itu ada untuk dilanggar. Jika tidak kau tidak akan tau bagaimana rasanya hidup."

(A/N : Aril sesat 🙂
tidak patut ditiru ya^^)

"Tidak, ayo kita pergi ke tempat lain saja."

Hanzel segera menarik gadis itu sebelum para penjaga mengetahui dan membawa gadis itu berkeliling istana Midnight. Istana tempat dimana para selir Raja tinggal.

"Aku merasa jadi anak kucing yang lari dari jadwal mandinya." Gerutu Aril karena merasa diseret Hanzel dengan mudahnya menjauh dari taman.

Aril melirik lelaki itu dan melihat bagaimana lelaki yang akan menginjak umur sepuluh tahun itu terlihat lebih tinggi darinya.

"Han, kau itu makan apa sih? Tinggi banget. Aku merasa jadi anak kecil disampingmu." Gerutu Aril sekali lagi karena dia benar-benar merasa masa pertumbuhan sangatlah lambat.

How to be Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang