• Terlalu Tiba-tiba •

12 1 0
                                    

Sembari mengganti pakaian, satu kertas yang ada di kantung celana abu-abu nya itu Jaz keluarkan. Sebuah kertas lecak yang punya tulisan berantakan, di dapat ketika paginya Jaz membereskan segala Kekacauan yang terjadi tadi malam. Kejadian aneh tapi ternyata tidak setelah pria itu menemukan kertas itu.

Jangan memisahkan aku dengan Naa. Aku tidak pernah jahat padanya. Sekalipun tidak pernah. Yah...belakangan ini memang Jaz sering menemui pamannya. Paman nya bilang kalau hantu itu sewaktu-waktu bisa membawa Naa dalam masa yang berbahaya. Tentu Jaz percaya karena pamannya dulu pernah bilang sewaktu Jaz masih kecil kalau dia tidak boleh bermain di taman dulu pada hari ini. Besok paginya terbukti, semua warga mendapatkan pengumuman bahwa ada tiga anak kecil yang hilang setelah melewati satu pohon yang sudah berdiri lama disana. Maka dari itu, Jaz langsung meminta pendapat pamannya yang katanya ahli itu.

Kemudian kertas itu Jaz masukan ke dalam tas sekolahnya, kemudian celana panjang abu-abu nya itu ia ganti dengan celana basket yang pendek tersebut.

"Jaz! Udah belum? Mau mulai."

"On the way!" Balas Jaz yang kemudian langsung cepat-cepat menggunakan headband nya. Dan akhirnya, Jaz berlari untuk menyusul teman-temannya.

Sampai di lapangan, matanya langsung mencari keberadaan Naa. Perempuan itu ada disana, sedang tersenyum sembari memeluk botol air minum. Tapi yang Jaz tidak suka adalah, disana ada Nan. Pria itu duduk di sebelah Naa yang kelihatan memang sengaja mencari kesempatan dalam kesempitan. Jaz belum menyimpulkan bahwa Nan menyukai Naa, tapi ia menyangka bahwa Nan ingin mencari peluang untuk bisa mengganggu Naa lagi. Trik murahan, katanya.

Kemudian, bunyi peluit pun merombak seluruh antero. Dengan cekatan ketika sebuah koin telah di lemparkan, salah satu orang yang sama satu tim dengan Jaz itu langsung merenggut bola dari si wasit. Banyak suara penyemangat membakar api kekalahan, harap-harap mereka mampu membuat para tim basket dari sekolahnya itu memiliki jiwa kemenangan dari sebelum mereka sampai di tempat ini. Tentu cara itu berhasil, bahkan gaduh pun mulai menguasai arena permainan.

Disisi lain Fa berdiri dengan rasa bosan. Ia terus menoleh kepada Naa yang cuma diam sambil memandang binar. "Naa, dulu aku bisa lebih hebat dari ini." Ucap Fa sambil melipat kedua tangannya. Entah kenapa ia merasa kesal melihat mereka bermain disana.

Naa balas tersenyum tapi sambil melihat ke arah pertandingan. Tentu Fa melihatnya. Pria itu akan terus melihat kalau tidak dapat di dengar. Sama seperti Faya yang cuma diam tapi ternyata tidak. Lalu Fa semakin mendekat, ia berjongkok di depan Naa. "Setelah bermain bola basket, pasti dapat sorakan kemenangan. Kalau Jaz menang, kamu akan gimana Naa?"

Naa menunduk memandangi Fa, lalu senyum gadis itupun terukir. "Sudah pasti senang." Ucap Fa lalu berposisi duduk di bawah. Tepat di depan kedua kaki Naa yang terlipat.

"Pasti mereka menang Naa, tunggu saja." Ucap Fa yang lalu mulai menikmati pertandingan panas ini. Kalau diingat lagi, Fa juga punya memori kehidupan yang tidak ikut hilang bersama dengan nyawanya. Dulu kalau dia sedang tanding basket, pasti kehadiran Fhayana selalu ada di tepi lapangan. Perempuan itu selalu bawa handuk kecil dan air minum. Banyak sekali teman-teman Fa yang selalu menggodanya kalau pertandingan telah usai dilakukan.

Tentu kedua manik mata Fa tidak sebinar milik Naa. Fa memandang permainan mereka karena kembali mengingat memori lama yang dulu juga pernah ia lakukan.

Kemudian, Fa melebarkan matanya. Ada seseorang yang berdiri disana. Seseorang yang dimana mempunyai sebuah luka gores di bagian pergelangan tangannya. Lalu lehernya juga tampak buruk bernoda darah hingga jatuh kemana-mana. Seseorang itu menggenggam tali yang terjulur ke bawah. Masih ada ikatan tali yang menggantung di sekitar leher orang itu.

Selamat Tahun BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang