Indah betul bulan hari ini, bahkan ditengah gemuruh petir tanpa hujan pun masih dapat dinikmati dengan tenang.
Baruna Samudera Fabumi pernah berkata padaku, untuk apa memperdulikan yang lebih dapat dilihat? Padahal di balik yang terlihat ada sedikit kebahagiaan disana. Tinggal bagaimana kita ingin meraihnya menjadi terlihat atau tidak.
Tidak kunjung usai juga perasaan yang menyedihkan itu. Aku punya kekasih, tetapi aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri. Bagaimana caranya agar aku terlepas dari semua kehampaan yang membuat aku sepi dan menganggap bahwa seharusnya aku tidak perlu ada di dunia.
Mazen Jaz pernah berkata pada ku, walau kamu tidak punya siapapun, mengapa ada aku yang mau kamu? Kata-kata nya buat aku menaruh kembali banyak harapan pada dunia dan diri ku sendiri. Mengapa aku sangat amat lemah begini? Pikir ku. Setidaknya satu manusia yang masih ada pun masih mau menganggap aku.
Setiap hari aku selalu dihantui fantasi gila yang aku pikir, mengapa datangnya seperti penyelamat ajaib yang telah lama menargetkan aku sebagai incaran nya? Menemani aku kemudian mengajak aku masuk ke dunia yang bagi siapapun tidak akan pernah menyangka.
Di taman, kekasih ku yang waktu itu masihlah seorang sahabat pria menjerit ketakutan. Namun, yang aku lihat hanyalah pria seumuran yang tampak kumuh dan lesuh. Ada gelandang salah orang, berkata aku adalah dia yang dicarinya.
Berhari-hari dia datang dan memaksa aku menyatakan kalau aku dan dia haruslah menjadi teman dekat, teman akrab, teman satu atap, teman jendela, teman hujan, dan teman yang selalu membantu aku dengan kekuatan gilanya. Oh, bukan kekuatan, itu sudah alami bagi seorang ruh. Mungkin?
Tidak kah kau pikir mengapa aku begitu ketakutan setiap harinya? Dipaksa menerima kenyataan bahwa kakak ku sangatlah gila di balik senyum nya yang tulus itu?
Kakak perempuan ku dan aku memiliki perasaan yang sama, hanya saja dia lebih memimpin perasaan ini dan aku lah yang lemah, mengalah karena dia begitu kuat. Dia kakak ku, mungkin itu sebabnya aku begitu pasrah dan takut.
Apalagi aku bertemu dua orang aneh yang mengajak aku tinggal sementara di rumahnya. Kemudian akhirnya seorang pemilik rumah mengatakan, kau harus membayar uang sewa mu dengan nyawa mu. Hancur sudah pikiran ku saat itu.
Di tengah-tengah surga, aku duduk bersama seorang pria yang sama kumuh nya seperti pertama kali aku bertemu dengan dia. Disini dia lebih banyak tersenyum, tidak lagi dikombinasi dengan manik mata sendu.
Meski aku rindu kekasih ku, ku harap dia merasakan perasaan ku juga bahwa sekarang aku sangatlah bahagia. Disini, memikirkan dia seperti menjalin hubungan jarak jauh. Aku tidak akan pernah melupakan Swiss.
Tangis nya tidak lagi ku dengar karena pasti, keikhlasan ku akan buat dia ikut ikhlas di dunia nya.
Jaz, Mazen Jaz. Lelaki ku yang baik, setia menemani aku walau aku meninggalkan dia. Pria yang tidak pernah bersentuhan dengan fantasi dunia lain kini mengerti perasaan ku yang sebenarnya.
Tahukah Jaz? Bulan hari ini begitu cantik, ya? Kita selalu mengucapkan kalimat itu tetapi ketika aku sudah menyerah, aku malah mengatakan, matahari terbenamnya sangat cantik, bukan?
"Jaz, aku mau tidur."
"Iya, nanti aku akan menyusul kamu."
Pisau merah muda bercorak bunga merah muda pun ku tusuk pada jantung ku yang senang sekali berdenyut tiap detik. Secercak surat ku taruh di bawah pipi ku, aku meringis tetapi tidak menangis.
Sebuah surat yang ku tulis waktu satu tahun yang lalu, untuk mu. Di baca, ya. Sebab, aku sudah merencanakan kisah ku sendiri dari dulu sekali aku dan kakak ku menciptakan tembok yang tinggi yang disebabkan oleh sekelompok pembunuh yang datang ke rumah untuk merampok.
Kemudian, aku pergi. Tetapi aku tidak akan melupakan kamu, Nan, dan Sya yang sempat berkhianat.
Terkasih,
Sahna Indria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tahun Baru
Fantasy[ TAMAT ] Hai Sekarang kalian lagi ada di Butiran Air Mata Yang Akhirnya Berharga Seperti Berlian. •••••••••• Fabumi. "Tetapi sama kamu, aku gak bisa menepati janji karena aku tidak ingin mengecewakan Mara." Sahna. "Tidak apa, kehilangan banyak oran...