Selamat liburan! Goes to..... everywhere you go, please happy ending, Naa. In here i'm study, math, so hard....tetapi ketika ingat kamu lagi liburan, ke bawa aja gitu santainya ke aku. Hahaha. Selamat liburan Sahna!!
Jaz memandang Naa yang kini terdiam menatap keyword ponselnya. Naa yang kaku sudah pasti tidak tau mau balas apa, apalagi setelah bertanya pada Jaz, justru pria itu tidak mau membantu kalau Danendra yang memberikan pesan itu. Entahlah, agak kesal membaca pesan Danendra.
"Belajar aja bilang-bilang." Ucap Jaz ketus.
Lantas Naa menoleh pada Jaz, memandang makin bingung sebab kenapa pria itu tiba-tiba marah seperti ini. "Kamu 'kan sering dapat pesan semangat, ini aku harus jawab apa?"
"Ya kamu tau lah kalau yang kayak begitu gak pernah aku balas, gak kenal."
"Tapi ini aku kenal, Jaz. Balas apa dong? Bingung."
"Iya aja, atau enggak bilang, iya makasih."
"Duh, jangan, gak enak."
"Yah... paling Nan oke oke aja. Gak apa-apa, bilang iya aja, Naa."
Kemudian Naa mengetik kata 'iya' namun beberapa detik kemudian ia hapus kembali kata itu. "Rasanya gak enak, kasihan gitu." Ucap Naa, lalu mencoba untuk berpikir keras kembali.
Jaz menghela napasnya, Naa malah membuat dia makin jengkel sebab effort yang telah Naa beri untuk Danendra meski cuma sekedar lewat kata.
Kemudian Jaz langsung meraih ponsel milik Naa dengan cekatan, menulis sesuatu disana yang kemudian langsung dikirim tanpa ragu. "Kamu balas apa?!" Tanya Naa sembari meraih kembali ponselnya.
"Baca aja sendiri."
Kemudian Naa membacanya. Fokus belajar Nan, jangan enggak. Lulus dengan nilai terbaik juga jadi incaran kamu 'kan?
Kemudian Naa menoleh ke arah Jaz, memindai apakah yang ia pikirkan adalah benar atau sebaliknya. "Kamu gak lagi sengaja supaya Nan fokus terus gak kirim pesan ke aku lagi 'kan?"
"Ya kan memang kelas tua tuh belajar, Naa. Kudu lulus dengan nilai terbaik, jangan cuma karena cewe malah jadi mengabaikan kewajiban nya."
"Jaz?"
"Apa?"
Sejenak Naa memandang ke depan, segerombolan anak-anak kini mulai berlarian menuju taman, mulai memilih permainan mana yang ingin mereka gunakan. "Dulu kita juga kayak gitu, seru banget, ya?"
"Sekarang juga bisa." Ucap Jaz, lalu dia berdiri dan mendorong punggung Naa yang dimana perempuan itu masih duduk di atas ayunan.
Naa segera menggenggam dua pegangan rantai pada ayunan tersebut, lama kelamaan mulai kencang, angin pun mulai berhembus menampar wajahnya. Kemudian rasanya seperti terbang, dan Naa berpikir, inikah rasanya kalau mati dengan damai? Naa memilih dirinya sendiri untuk Daksa, tetapi ia tidak bisa melangkah setiap kali ia ingin pergi menemui pria itu.
Jaz yang masih mendorong Naa kini terdiam, membiarkan ayunan tersebut lama kelamaan mengayun pelan hingga terdiam. Lantas Naa yang masih terdiam itu masih Jaz pandang dari belakang. Entah mengapa setiap ada momen seperti ini, Jaz selalu mengintai dan mencari jawaban atas apa yang sedang mengganggu Naa di dalam pikiran. Kalau ditanya, sudah pasti jawabannya enggak apa-apa. Kalau begini terus, Jaz juga merasa tertekan karena ia sangat ingin tau sebab apa yang membuat Naa seperti itu.
"Naa?" Akhirnya Jaz memanggil perempuan itu, lalu yang dipanggil pun berdiri ketika seorang bocah laki-laki hampir jatuh di depan kakinya. Naa memeluk pria kecil itu, lantas kemudian membiarkan dia pergi bermain kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tahun Baru
Fantasy[ TAMAT ] Hai Sekarang kalian lagi ada di Butiran Air Mata Yang Akhirnya Berharga Seperti Berlian. •••••••••• Fabumi. "Tetapi sama kamu, aku gak bisa menepati janji karena aku tidak ingin mengecewakan Mara." Sahna. "Tidak apa, kehilangan banyak oran...