Untuk kesekian kalinya Jaz kembali berkawan dekat dengan perasaan jengkelnya. Naa sibuk sendiri, mengetik balasan yang terus Danendra sisipkan dalam kolom pesan mereka.
Satu tangan nya ia gunakan untuk menumpu dagunya, kepalanya ia miringkan untuk menatap Naa yang kini telah lama mengabaikan pemberian nya, satu kotak kecil persegi panjang yang isinya susu coklat, kesukaan Naa.
Ini aku lagi di jalan sih, baru balik dari toko buku.
Beli buku apa disana?
Lagi dan lagi, Naa, buku latihan matematika. Aku kurang banget kalau soal matematika. math make me confused!
Hahahaha. Kalau begitu kamu harus belajar Nan, gak baik kalau terus chat aku begini.
Biar semangat saja sih, Naa. Keingat liburan yang lagi kamu manfaatkan jadi buat aku kepikiran mau ikutan. Pusing banget, jujur.
Iya Nan, habis berjuang 'kan pasti ada senangnya.
if you say so, I believe. Bye.
"Udah?" Tanya Jaz ketika Naa sudah menutup ponselnya tersebut.
"Iya, Nan udah bilang bye."
"Terus kenapa? Gak tega ya, kayak masih mau lanjut gitu?"
"Apa sih?" Tanya Naa sambil melirik ke arah Fa yabg padahal tanda tanyanya ditujukan untuk Jaz. Sedangkan pria itu cuma mengindikkan kedua bahunya karena tidak tahu menahu.
"Kalau Nan kirim pesan ke kamu lagi, abaikan aja, Naa. Kasih dia belajar, bukannya malah beralih untuk mikirin topik apa yang pengen dia sampaikan ke kamu. Tuh, yang kayak gitu tuh buang-buang waktu, Naa. Kasihan juga jadi gak belajar."
Jaz yang Naa kenal sangat pintar dan disiplin itupun cuma bisa mengangguk saja, menyetujui kalau memang tidak seharusnya dia merespon Nan yang sedang berusaha untuk mengukir pengetahuan untuk ujian tahun terakhirnya.
"Kalau udah kelas dua belas, kamu gitu juga gak?"
"Kita juga, semuanya." Balas Jaz terdengar sarkas, membuat Naa jadi kesal hingga akhirnya ia memukul kencang pada bahu milik pria itu. Fa langsung bergidik ngeri, lantas ia mengusap punggungnya sendiri.
"Naa?" Ucap Jaz meminta penjelasan.
"Kamu aneh, nyebelin, gak jelas, sarkas, kayak orang stress. Harusnya yang lagi stress tuh Nan, bukannya kamu." Balas Naa tidak kalah sarkas, membuat Jaz langsung tersadar akan perasaan cemburunya.
Jaz pun mengangguk, lalu dia melemaskan kembali bahunya yang semula tegak. "Iya, Naa, iya. Tapi kamu coba lain kali ngerasain apa yang lagi aku rasain deh, pasti kamu bakalan ngerti."
"Ngerti apa? Kamu?"
"Iya."
Kemudian kejadian tempo lalu waktu di rumah Jaz pun kembali terulang. Mereka seperti dua orang yang saling suka tapi sama-sama menciptakan batu besar untuk menghalau perasaan kupu-kupu tersebut. Jadinya tidak dapat terbang dengan bebas dan pergi menuju tempat tujuan.
Karena perasaan yang seperti itu memang ada, maunya diungkapkan tapi berujung dibungkam kan. Karena yang biasanya begitu, sisa persenan yang lebih besarnya itu dapat menimbulkan dampak. Dampak yang menyatakan bahwa mereka tidak akan bisa bersama meski sudah saling jujur di waktu ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat Tahun Baru
Fantasy[ TAMAT ] Hai Sekarang kalian lagi ada di Butiran Air Mata Yang Akhirnya Berharga Seperti Berlian. •••••••••• Fabumi. "Tetapi sama kamu, aku gak bisa menepati janji karena aku tidak ingin mengecewakan Mara." Sahna. "Tidak apa, kehilangan banyak oran...